Dubsmash sempat menjadi tren di era 2014 hingga 2015. Masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari artis, orang biasa hingga beberapa pejabat berlomba-lomba membuat dubsmashyang menarik kemudian mengunggahnya ke akun media sosial masing-masing. Namun seiring berjalannya waktu dubsmashmulai ditinggalkan dan kini muncul fenomena baru, yaitu vlog. Akun youtube, instagram, facebook,dan media sosial lain dipenuhi dengan video mengenai kehidupan sehari-hari pemiliknya. Di tempat-tempat wisata atau di acara-acara khusus pasti tak jarang ditemui seseorang membawa kamera dan berputar-putar untuk menunjukkan situasi disekelilingnya, demi mendapat video yang bagus untuk diunggah ke media sosial.
Kemudian ketika kita keluar rumah dan melihat sekeliling, kita pasti menjumpai orang-orang yang bermodel sama. Model bajunya, rambutnya, aksesorisnya, bahkan wajahnya terlihat hampir sama dengan bantuan make up yang diaplikasikan sedemikian rupa sesuai dengan tren masa kini. Selain fashion,dunia kuliner juga kini mulai bergeser. Jika dulu rumah makan yang menyediakan makanan yang enak adalah sasaran utama, kini rumah makan dengan konsep unik, menarik, dan kekinian-lah yang mendapat perhatian dari masyarakat. Entah makanannya enak atau tidak, higienis atau tidak, asalkan rumah tersebut memiliki gelar ‘kekinian’ pasti akan diserbu oleh pembeli. Bahkan masyarakat tidak segan untuk membeli secangkir kopi seharga empat puluh ribu rupiah agar bisa berfoto, mengunggah ke media sosial, kemudian mendapat gelar kekinian.
Fenomena kekinian ini telah menjadi tren di Indonesia. Hal-hal yang memiliki gelar ‘kekinian’ pasti akan lebih menarik perhatian masyarakat. Meskipun tidak semua kekinian-kekinian tersebut baik dan bermanfaat. Masyarakat rela mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli produk-produk yang banyak dibeli oleh orang lain, produk yang memiliki gelar kekinian. Jadi tak heran jika banyak orang yang bermodel sama. Demi gelar kekinian juga tak jarang orang menjadi celaka. Ada beberapa kasus mengenai orang-orang yang hendak membuat selfiekekinian di tempat-tempat yang hitsnamun berujung pada maut, karena mereka hanya fokus pada mendapat foto kekinian dan mengesampingkan keselamatan. Kini manusia cenderung dibutakan oleh gelar kekinian tanpa memperhatikan manfaatnya.
Bukan berarti mengikuti perkembangan tren merupakan hal yang buruk. Setiap orang tentu boleh mengikuti perkembangan tren yang ada. Namun sebelum melakukan atau membeli sesuatu baiknya kita bertanya pada diri sendiri, apakah hal itu benar-benar baik, bermanfaat dan sesuai dengan selera kita? Jika ya, lakukanlah atau belilah hal tersebut. Namun jika kita semata-mata ingin mencapai gelar kekinian, hal itu mungkin perlu dipertimbangkan lagi. Setiap orang tentu memiliki ukuran kebaikan dan selera masing-masing. Jangan sampai kita mengorbankan selera kita hanya untuk mengikuti tren kekinian. Kita semua tentu tidak mau berbentuk sama satu dengan yang lain sesuai dengan cetakan bernama kekinian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H