Setelah mengikuti kegiatan menulis PGRI bersama Omjay yang tidak pernah selesai dan tak ingin usai. Sempat terlintas ingin mempunyai buku solo dengan judul 'Tonggeret'. Tonggeret suaranya sangat keras tetapi memiliki tubuh yang kecil. Ketertarikanku pada jenis hewan ini seperti mengingatkanku ketika masa kecil. Masa di mana segala keinginan selalu terlaksana dan kebahagiaan bisa di raih dengan kesederhanaan. Tonggeret bersuara ketika hari menjelang sore sekitar jam 14.00 WIB sampai dengan jam 16.00 WIB. Dan uniknya bersuara saat musim kemarau atau tidak sedang hujan. Tonggeret diam di pohon manggis yang sekarang telah berubah menjadi pemukiman warga. Berpindah lagi ke pohon durian yang sekarang telah berdiri bangunan mesjid. Ku dengar tonggeret bepindah ke hamparan pohon pisang sekarang di bangun pabrik roti. Terbanglah tonggeret ke pohon rambutan namun sekarang telah berdiri bangunan pos jaga keamanan. Padahal kesenangan tonggeret hinggap di pohon yang memberikan kesejukan. Banyak sekali yang telah berubah di tempat kelahiranku Apakah mungkin zaman sudah maju? Telah banyak bangunan yang di ciptakan untuk mempermudah kehidupan lebih praktis. Tonggeret sangat jarang di temukan, bahkan tidak terdengar suaranya di gedung baru. Untuk menghadirkan lagi tonggeret harus menanam kembali benih durian, benih manggis dan benih pisang. Pohon pisang berbuah setelah satu tahun di tanam. Pohon durian dan pohon manggis belum tentu berbuah di lima tahun pertama. Sangat lama untuk kembali mendengar suara tonggeret dan melihat menempel di pohon. Tonggeret memiliki sayap yang bening hinggap pada pohon besar dan rimbun. ( bersambung...)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H