Mohon tunggu...
Andzarta Renantya Pratama P
Andzarta Renantya Pratama P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka rebahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kearifan Lokal Tradisi Jolenan di Desa Kemetul

14 September 2024   09:53 Diperbarui: 14 September 2024   09:57 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi dari Harian7.com

     Merti desa atau Jolenan adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kemetul, Kec. Susukan, Kab. Semarang. Jolenan berasal dari kata "ojo kelalen" dalam bahasa Indonesia artinya jangan lupa.Tradisi Jolenan sudah dilakukan selama berpuluh-puluh tahun. Tradisi ini dilakukan setelah panen pada musim kemarau, biasanya dilakukan pada bulan Juli, Agustus, atau September lebih tepatnya pada hari Jum'at kliwon. Tradisi dibuat bertujuan untuk menunjukkan rasa syukur terhadap Tuhan atas karunia yang telah diberikan atas hasil bumi yang melimpah,ketentraman warga desa Kemetul dan lain sebagainya. 

     Seminggu sebelum acara jolenan dilaksanakan biasanya warga melakukan acara "kuras sedang" atau membersihkan sumber mata air. Jolenan dilakukan selama dua hari yaitu pada hari Jum'at kliwon dan Sabtu. Pada hari Jum'at pagi biasanya masyarakat melakukan mujahadah atau berdoa bersama. Berdoa untuk meminta agar diberi kelancaran pada saat penanaman padi berikutnya dan agar warga desa kemetul hidup damai dan tentram. Dilanjutkan pada siang hari yaitu pementasan reog. 

Selanjutnya di hari sabtu adalah puncak acara Jolenan masyarakat melakukan arak-arakan atau karnaval dengan membawa gunungan (jolen) biasanya berisi hasil bumi, kreasi warga, atau hasil home industri masyarakat desa Kemetul. Selain membawa gunungan warga juga menampilkan tari kreasi mereka. Setelah selesai diarak gunungan diambil dan diperebutkan oleh warga yang menonton acara jolenan. Arak-arakan dilakukan pada pagi sampai siang dan dilanjutkan pementasan wayang kulit semalam suntuk. Walaupun kini sudah di jaman modern warga desa kemetul tetap melestarikan budaya dan tidak melupakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun