HARI ini, tulisan saya yang berjudul "Fenomena Inspirasi Seorang Dewa di Kompasiana" sudah saya hapus. Ini saya lakukan dengan penuh kesadaran, setelah mencermati perkembangan dan sejumlah pertimbangan.
Pertama, Dewa Klasik Alexander belum menjawab sejumlah pertanyaan dalam tulisan saya di: http://sosbud.kompasiana.com/2010/07/18/dewa-klasik-alexander-kesaksian-pindah-agama-dan-aids/.
Yang kedua, adanya tulisan Dewa Klasik hari ini yang seolah-olah mengklaim dirinya sebagai malaikat. Ini dapat dilihat dalam tulisannya hari ini pukul 00:00 WIB berjudul ANAK-ANAK GARUDA DARI CILINCING JAKARTA TIMUR, paragraf pertama Dewa:
“Aku tak pernah menginginkan sanjungan kalian. Jangan pernah banggakan aku. Aku hanya menjalankan titipan suci dari Sang Maha Kuasa. Aku hanya malaikat yang diutus-Nya untuk MENJANGKAU, MELAYANI, MENDIDIK, MEMBIDIK, MENDELEGASIKAN dan MEMANUSIAKAN Garuda-Garuda muda pewaris bangsa yang Pancasilais.”
Setelah meminta pertimbangan2 sejumlah kompasianer, kami temukan ada indikasi yang mengarah pada upaya pencitraan tertentu dengan tujuan-tujuan tertentu (saat ini masih sementara kami investigasi).
Oleh karena itu, maka sebagai langkah pertama, saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada kompasianer atas penghapusan tulisan tersebut. Saya menghargai perbedaan, namun saya tidak ingin Kompasiana dijadikan ajang untuk tujuan-tujuan tertentu, semisal mengksploitasi penderitaan anak untuk tujuan meminta sumbangan. Terus terang fenomena seperti ini sekaligus menjadi bukti bahwa negara telah gagal untuk mendidik anak-anak Indonesia.
Untuk sementara itu aja dulu, entar dibahas secara lengkap, soalnya ada tamu neh...
Hormat saya,
BANG ASA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H