Mohon tunggu...
Bang Asa
Bang Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Terpopuler 2010

Tunggu beta bale, sodara!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Hitler di Balik Kasus Israel

3 Juni 2010   01:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:47 7660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="603" caption="illustrasi: library.thinkquest.org"][/caption] BANYAK yang mengatakan Hitler adalah manusia keji. Saat  berkuasa, hingga nyaris berakhirnya Perang Dunia II, daratan Eropa disebut-sebut menjadi ajang pembantaian massal (holocaust) terhadap kaum Yahudi yang melenyapkan jutaan jiwa. Akan tetapi setelah PD II usai,   Israel sebagai negara yang didirikan atas inisiatif Amerika Serikat untuk menampung kaum Yahudi korban perang, justru sepertinya menjadi momok yang lebih keji dibanding Hitler itu sendiri. Diakui atau tidak, orang Yahudi adalah "bangsa pilihan". Mereka tak hanya terkenal karena ulet dan rajin, tapi juga jenius. Konon inilah yang membuat Hitler ketar-ketir. Ia menyadari bahwa kaum ini tidak saja dapat menghambat keinginannya mengusai dunia kala itu, tetapi juga akan mengancam dunia di masa depan. Dan boleh jadi inilah substansi alasan mengapa Hitler dengan NAZI-nya merasa perlu melakukan holocaust, jika itu benar adanya. Jejak   Israel dalam pentas pergaulan dunia khususnya dalam upaya mewujudkan  perdamaian di Timur Tengah, memang menarik untuk dicermati. Konflik Israel-Palestina yang hingga kini belum berkesudahan adalah contoh nyata, betapa "negara fiktif" itu mampu menundukkan dunia. Ia telah membungkam Amerika Serikat, bahkan menjadikan negara Paman Obama itu impoten. Ia tak berdaya menghadapi Israel dengan "Yahudi"-nya, yang meski minoritas namun menguasai sendi-sendi kekuatan politik dan ekonomi Amerika. PBB yang diharapkan sebagai juru damai justru tak lebih dari pesuruh Amerika. Pendek kata, Israel telah menjelma menjadi negara superpower yang sesungguhnya. Jika mencermati kasus kekejian Israel di Palestina, yang dengan seenaknya membantai anak-anak dan perempuan tak berdosa, atau menyerang secara brutal kapal yang membawa misi bantuan kemanusiaan internasional ke Jalur Gaza, mungkin kita bisa memahami seorang Adolf Hitler secara utuh. Mungkin dalam hati kita akan berkata, sesungguhnya Hitler tidak terlalu keliru, jika tidak hendak mengatakan benar. Wallahua'lam bissawab Salam Hitler, ANDY SYOEKRY AMAL (Yuk berkawan di Facebook, klikk di SINI) Baca juga 10 Tulisan sebelumnya:

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun