[caption id="" align="alignleft" width="273" caption="Mas Bowo dan Pak Beye"][/caption] Saya membaca berita di sebuah portal berita mengenai isu Mas Bowo (Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto) akan diplot oleh Pak Beye (Presiden SBY) menjadi Mentan (Menteri Pertanian) dalam kabinet mendatang. Menurut portal tersebut, Jika isu ini benar SBY dipastikan memelihara anak macan. Saya rasa tidak ada salahnya jika Mas Bowo menerima tawaran Pak Beye. Alasannya, aktivitas Mas Bowo kan selama tidak jauh dengan dunia pertanian. Bukankah dia adalah Ketua Umum DPN HKTI Dewan Pimpinan Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia? Saya rasa juga tidak ada juga salahnya jika Pak Beye menawarkan jabatan menteri kepada Mas Bowo. Alasannya, walau bekas lawan politiknya di Pilpres, namun Pak Beye tentu ingin perjalanannya memimpin bangsa di masa pengabdiannya yang terakhir ini berjalan mulus. Apalagi Mas Bowo, meski kekuatannya di parlemen melalui Partai Gerindra bukanlah mayoritas, tapi setidaknya berpotensi untuk bisa "mengkitik-kitik" (meminjam istilahnya Kang Pepih) jalannya pemerintahan. Jadi dengan cara ini mungkin terwujud rekonsiliasi. Melalui rekonsialiasi Pak Beye akan membuktikan diri sebagai salah satu pemimpin besar yang mampu merangkul semua elemen bangsa termasuk bekas lawan politiknya untuk bersama-sama membangun bangsa ini. Tapi kalau baru isu Mas Bowo akan jadi Mentan saja sudah melahirkan anggapan bahwa Pak Beye sama saja memelihara anak macan, wah, ini sudah lain lagi ceritanya. Kalau "anak macan" yang dimaksud itu diartikan sebagai anak macan ekonomi Indonesia (Prof Sumitro), itu sih memang iya. Nggak masalah. Tapi kalau diartikan lain, misalnya bahwa Mas Bowo itu "sangat berbahaya", atau "setiap saat bisa menyerang Pak Beye" menurut saya, ini terkesan terlalu provokatif. Provokasi politik seperti ini boleh jadi merupakan salah satu kelemahan bangsa ini.  Selama ini disadari atau tidak bangsa ini telah membudayakannya. Akhirnya, kita sebagai anak bangsa, termasuk para politisi saling curiga mencurigai, saling sikut, dan saling menjatuhkan. Kalau budaya ini terus dipelihara, terus kapan majunya bangsa ini? Bahwa adanya kemungkinan di masa mendatang anak macan ekonomi Indonesia itu berniat untuk nyapres, saya rasa juga tidak salah..., dan itu kan hak warga negara! Apalagi bukankah Pak Beye sendiri lima tahun mendatang sudah tidak boleh nyapres lagi? Wallahua'lam bissawab. Salam Blogger Kompasiana, ANDY SYOEKRY AMAL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H