[caption id="" align="alignleft" width="298" caption="Antara"][/caption] KONSTELASI politik nasional kembali geger akibat buku “Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century” yang ditulis George Junus Aditjondro terbit. Bertambah seru, karena tiba-tiba buku terbitan Galang Press Jogjakarta yang diluncurkan pada 23 Desember 2009 ini ditarik dari peredaran setelah beberapa jam beredar di toko-toko buku besar, Sabtu (26/12). Ada apa sebenarnya dalam buku tersebut? Menurut JAKARTAPRESS, buku "Membongkar Gurita Cikeas" setebal 183 halaman ini didahuli dengan kata pengantar yang menyatakan bahwa penulis tidak bermaksud menyerang lingkaran keluarga Cikeas. Meski demikian, ini sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap kinerja pemerintah SBY agar memberantas KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) tanpa tebang pilih. Dimulai dari keluarga besarnya yang banyak menguasai pos-pos strategis yang rentan terhadap peluang-peluang KKN. Sebanyak 10 bab yang ada dalam buku dibuka dengan foto bergambar keluarga SBY di rumah sakit saat menantu SBY, Anissa Pohan, melahirkan anak pertamanya. Ke-10 bab tersebut adalah Membongkar Gurita Cikeas: di Balik Skandal Bank Century, Bantuan Grup Sampoerna untuk Harian Jurnas, Pemanfaatan PSO LKBN Antara untuk Bravo Media Center, Yayasan-Yayasan yang berafiliasi dengan SBY, Kaitan dengan Bisnis Keluarga Cikeas, Yayasan-yayasan yang Berafiliasi dengan Ny. Ani Yudhoyono, Pelanggaran-pelanggaran UU Pemilu oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat, Kesimpulan, Lampiran, dan Referensi penulis. Seperti telah diuraikan sebelumnya dalam "Aditjondro dan Upaya Membongkar Gurita Cikeas", George Junus Aditjondro sendiri sudah vokal sedari dulu dan sejak 1994-1995 namanya dikenal luas sebagai pengkritik rezim Soeharto dan berani membongkar berbagai kasus korupsi dan Timor Timur. Dosen Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga ini sempat harus meninggalkan Indonesia ke Australia pada tahun 1995-2002 dan dicekal oleh rezim Soeharto pada Maret 1998. Di Australia ia menjadi pengajar di Universitas Newcastle dalam bidang sosiologi. Sosiolog sekaligus aktivis LSM ini lahir 27 Mei 1946 di Pekalongan, Jawa Tengah. Ia juga pernah dicekal pihak imigrasi Thailand yang ternyata masih menggunakan surat cekal yang dikeluarkan Soeharto pada 1998, saat hendak menghadiri sebuah lokakarya di Thailand pada November 2006. Kini pun, Aditjondro membongkar dugaan kasus korupsi keluarga Cikeas. Sebelumnya, George juga pernah menulis tentang korupsi di kepresidenan. Pada tahun 2006, pria yang pernah dicekal oleh rezim Soeharto ini menulis buku yang berjudul "Reproduksi Oligarki Berkaki Tiga: Istana, Tangsi dan Partai Penguasa". Ia juga pernah menulis buku berjudul "Guru Kencing Berdiri Murid Kencing Berlari". Buku itu mengkritik habis perilaku koruptif di era Soeharto dan Habibie. Kali ini, mungkin yang tidak mengenakkan bagi ‘Geng Cikeas’ dalam merespon isi buku "Membongkar Gurita Cikeas" adalah pembeberan empat yayasan yang dikelola keluarga Presiden SBY selama ini menjadi pemobilisasi dana dan suara pada Pemilu dan Pilpres 2009. Saat jumpa pers prapeluncuran bukunya di Yogyakarta, Aditjondro menyerukan dilakukan audit keuangan atas yayasan-yayasan yang terkait keluarga Presiden SBY. Menurutnya, yayasan-yayasan itu tidak pernah diaudit dan dilaporkan kepada DPR dan media. Hal ini berpotensi melakukan memobilisasi dana dan memobilisasi suara pada Pemilu dan Pilpres 2009. Menurut Aditjondro dalam buku tersebut, beberapa yayasan "Geng Cikeas" yang perlu diaudit, adalah Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian, Yayasan Majelis Dzikir SBY Narussalam, Yayasan Mutu Manikam Nusantara, Yayasan Batik Indonesia, dan Yayasan Sulam Indonesia. Sebelumnya, George dalam tulisannya bertajuk "Persaingan Dua Calon Dinasti Politik" di sebuah harian ibukota edisi 3 April 2009 menyoroti peran adik kandung istri SBY di salah satu yayasan. "Hartanto Edhie Wibowo, adik kandung Ani, adalah bendahara Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Bersama Yayasan Puri Cikeas, yayasan ini 'jembatan penghubung' keluarga SBY dengan sejumlah pengusaha, yakni Sukamdani dan anaknya, Hariadi, Tanri Abeng dan anaknya, Emir Abeng, serta Aziz Mochdar, mitra bisnis Bambang Trihatmodjo dan adik Muchsin Mohdar. Muchsin sendiri adik ipar BJ Habibie," ulas Aditjondro. Namun, Aditjondro tidak merinci peran keluarga besar SBY yang banyak dipengaruhi kerabat Ani Yudhoyono. Dia hanya menyebut, kerabat Ani kini banyak ini menduduki posisi penting di Tanah Air. Namun, dia menyebut pengaruh keluarga besar Megawati masih kalah dibanding pengaruh keluarga besar SBY di pentas ekonomi politik Indonesia. Terutama pengaruh saudara-saudara dan ipar-ipar Ibu Negara. "Kita bisa lihat adik ipar SBY, Brigjen Pramono Edhie Wibowo saat ini menjabat Danjen Kopassus. Sedangkan kakak ipar SBY, Letjen Erwin Sudjono, mantan Pangkostrad dan Kasum TNI. Adik ipar lainnya yakni Gatot Mudiantoro Suwondo menjabat Dirut BNI. Dan, Hadi Utomo, ketua umum DPP Partai Demokrat yang mengusung SBY sebagai calon presiden untuk kedua kalinya, juga adik ipar Ani Yudhoyono," bebernya. Sedangkan yayasan yang berada di bawah Kendali Cikeas adalah Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian, Yayasan Majelis Dzikir SBY Narussalam, Yayasan Mutu Manikam Nusantara, Yayasan Batik Indonesia, dan Yayasan Sulam Indonesia. Aditjondro menyebut yayasan-yayasan tersebut sebagai alat menggalang dana untuk kepentingan politik. Menurut George, kebanyakan penyumbang dana adalah pengusaha ‘hitam’. Akhirnya, Aditjondro meminta kepada pihak yang tidak terima terhadap bukunya agar memberi jawaban dengan cara ilmiah. Tulisan investigatif di dalam buku, harus dibantah pula dengan buku tandingan. “Saya usulkan karena SBY kan doktor, lalu punya tim sukses lagi. Saya juga doktor. Kalau buku dilawanlah dengan buku," tantangnya. Aditjondro menilai, segala sesuatu yang dituis dalam bukunya berasal dari sumber yang valid dan bisa dipercaya. Ia juga didukung dengan data-data yang kebenarannya tidak perlu diragukan. Bahkan, proses pengumpulan data sudah ia lakukan sejak tahun 2003. "Semenjak SBY menjabat sebagai Menkopolkam," tandas Aditjondro seperti dikutip dari bukunya. Reaksi Presiden SBY Atas terbitnya buku tersebut, dikabarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merasa geram. Apalagi buku itu menyebutkan keterlibatan SBY dan keluarganya dalam kasus Bank Century. “Presiden sangat prihatin dengan munculnya buku tersebut,” kata Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, di kediaman SBY di Cikeas, Bogor, Sabtu 26 Desember 2009 seperti dikutip dari K@barNet. Sedangkan Harian Seputar Indonesia memberitakan Presiden menilai bahwa buku tersebut sangat kontroversial. Saat ini, Presiden dan para stafnya tengah mengkaji isi buku tersebut. ”Presiden sedang mempelajari, jadi sementara ini belum ada respons,” ujarnya. Meski sangat prihatin,namun Presiden belum berniat untuk melaporkan penulis buku tersebut kepada aparat kepolisian, meskipun tidak tertutup kemungkinan akan ke arah sana. Bahkan sampai saat ini pun tidak ada arahan atau instruksi dari Presiden untuk menarik buku itu. Julian menjelaskan, saat ini Presiden masih mempelajari keseluruhan isi buku tersebut. Karena buku tersebut menyebutkan beberapa hal seperti yayasan yang berada di bawah Presiden SBY. “Di dalam buku itu disebutkan dengan fakta-fakta yang sepertinya tidak akurat dan tidak mengandung kebenaran yang hakiki. Ini yang diprihatinkan presiden,” jelasnya. Dalam buku itu juga disebutkan keterlibatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan keluarganya dalam kasus Century. Yayasan-yayasan yang dikelola keluarga Cikeas disebut sebagai motor dalam mencari dukungan politik dan mencari dana. Goerge menyebutkan sejumlah yayasan seperti Majelis Dzikir, Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian, Yayasan Puri Cikeas dan Yayasan Mutu Manikam. Meski demikian, Presiden SBY belum memerintahkan untuk menarik buku itu dari peredaran. “Sejauh ini tidak ada arahan atau instruksi presiden untuk menarik buku itu,” jelasnya. Hingga saat ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum memikirkan langkah hukum kepada George Junus Aditjondro, pengarang buku “Membongkar Gurita Cikeas” (Di Balik Skandal Bank Century). “Tapi tidak menutup kemungkinan ada arah ke sana (langkah hukum),” kata Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, di kediaman SBY di Cikeas, Bogor, Sabtu 26 Desember 2009. Kemungkinan itu, lanjut Julian, terkait dengan isi buku tersebut. Penerbit dan pengarang dapat diminta pertanggungjawabannya terhadap kevalidan data dalam buku tersebut. “Buku itu telah dirilis dan dipublikasikan di publik maka yang akan diminta nanti pertanggungjwabannya adalah sejauh mana keotentikan, validitas data, dan kalau perlu sampai proses dimana metodelogi yang digunakan. Sehingga pak Adi Tjondro sampai pada kesimpulan yang disampaikan buku tersebut,” urainya. Menurut Julian, tidak menutup kemungkinan pula George Aditjondro juga akan menerima reaksi dari sejumlah pihak yang disebutkan dalam buku tersebut. “Apakah dari yayasan atau dari individu yang namanya disebut dalam buku itu,” jelasnya. Tampaknya, beberapa hari ke depan konstelasi politik nasional masih akan dimarakkan dengan isu mengenai kontroversi buku ini. Apalagi hal ini sudah memasuki ranah hukum, ada yang menganalogikan bahwa kasus ini akan seperti cumi melawan gurita. Benarkah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H