[caption id="" align="alignleft" width="341" caption="YOGYAKARTA, 23/12. MEMBONGKAR GURITA CIKEAS. Aktivis LSM George Junus Aditjondro (tengah) memberikan penjelasan saat peluncuran bukunya didampingi Komisioner subkomisi pendidikan dan penyuluhan Komnas HAM,Yosep Adi Prasetyo (kiri) dan Pengasuh ponpes Nurul Ummah Kotagede, KH Abdul Muhaimin (kanan) di penerbit Galangpress, Yogyakarta, Rabu (23/12). George Junus Aditjondro meluncurkan buku berjudul membongkar gurita cikeas, dibalik skandal Century. FOTO ANTARA/Regina Safri/pd/09."][/caption]
SEKITAR tahun 1994 dan 1995 namanya dikenal luas sebagai pengkritik pemerintahan Soeharto. Ia tak gentar pasang badan untuk membongkar berbagai kasus, khususnya soal korupsi dan Timor Timur. Ia sempat harus meninggalkan Indonesia ke Australia dari tahun 1995 hingga 2002 dan dicekal oleh rezim Soeharto pada Maret 1998. Di Australia ia menjadi pengajar di Universitas Newcastle dalam bidang sosiologi. Sebelumnya saat di Indonesia ia juga mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana.
Itulah George Junus Aditjondro, sosiolog asal Indonesia yang lahir pada 27 Mei 1946 di Pekalongan, Jawa Tengah. Ia juga pernah dicekal pihak imigrasi Thailand yang ternyata masih menggunakan surat cekal yang dikeluarkan Soeharto pada tahun 1998, saat hendak menghadiri sebuah lokakarya di Thailand pada November 2006. Tampaknya sikap aktivis LSM ini sekarang belum berubah. Dulu dan sekarang sama saja: tidak mengenal takut untuk membongkar kasus korupsi, termasuk yang diduga menyerempet-nyerempet keluarga Cikeas. Ini dibuktikan George Junus Aditjondro melalui bukunya, "Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century". Buku yang diterbitkan Galang Press Jogjakarta ini baru saja diluncurkan pada 23 Desember 2009 lalu. Sayangnya, baru beberapa jam di pasaran, tiba-tiba dikabarkan buku itu ditarik. Seperti dikutip Kompas.com, atas instruksi dari sebuah pimpinan pusat, toko buku terbesar di Tanah Air berinisial TBG langsung menarik semua buku. Kompas.com memberitakan, Persda Network yang berusaha membeli buku tersebut di toko buku TBG Bintaro harus beradu mulut dengan staf toko buku tersebut. "Baru saja bukunya sudah ditarik. Ada instruksi dari pusat langsung telepon," ujar Indah, staf toko buku kepada Persda Network di Bintaro, Jakarta, Jumat (25/12/2009) sore. Padahal, sebelum berangkat, seorang staf TBG Bintaro mengatakan masih ada 20 buku dan mempersilakan datang untuk membeli. Kabar ditariknya buku berjudul “Membongkar Gurita Cikeas” yang ditulis sosiolog sekaligus pengamat korupsi George Junus Aditjondro dibantah Pimpinan Penerbit Galang Press, Julius Felicianus. Sebagai pihak yang menerbitkan buku tersebut, Julius, seperti dikutip Tempointeraktif.com,mengaku buku yang baru saja diluncurkan di Kantor Penerbit Galang Press di Yogyakarta pada 23 Desember 2009 lalu belum mendapat pencekalan dan pelarangan secara resmi dari Kejaksaan Agung RI. Sehingga isu yang mengabarkan bahwa buku itu ditarik dari toko-toko buku oleh orang-orang suruhan Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono, tidak benar. Berdasarkan pengalaman Julius, buku-buku terbitan Galang Press yang pernah dilarang selalu mendapat surat dari Kejagung. “Prosesnya butuh tiga hingga enam bulan untuk Kejagung melakukan uji material. Jadi bukunya Pak George masih akan terbit karena tidak dilarang,” kata Julius. Diakui, pihaknya menerima telepon dari beberapa toko buku yang menjual buku-buku tersebut. Menurut Julius, jika ada pembeli yang mendapat informasi kalau buku tersebut ditarik oleh orang-orang SBY adalah tidak benar. Melainkan buku-buku tersebut ‘diamankan’ oleh pemilik toko buku untuk menghindari kerugian dan hal-hal yang tidak diinginkan. “Itu hanya ketakutan pemilik toko buku saja karena komentar-komentar SBY di media,” kata Julius seperti diberitakan Tempointeraktif.com. Masuk akal memang jika pemilik toko buku ketakutan. Soalnya, ini berkaitan dengan Presiden SBY. Namun apakah SBY berada di balik kasus penarikan buku ini? Menurut detik.com, Presiden SBY prihatin dengan terbitnya buku 'Membongkar Gurita Cikeas di Bank Century'. Meski demikian, pemerintah tidak berniat untuk menariknya dari peredaran. "Tidak ada sama sekali (rencana itu)," kata Jubir Kepresidenan Julian Aldrin Pasha di kediaman pribadi Presiden SBY di Puri Cikeas, Bogor, Sabtu (26/12/2009). Menurut Julian SBY amat prihatin karena di buku itu dimuat sejumlah yayasan yang terkait dengan Cikeas. Misalnya saja disebutkan Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Mutu Manikam Nusantara, Majelis Dzikir SBY, dan Yayasan Kepedulian dan Kesetiakawanan yang faktanya tidak akurat. Julian menambahkan SBY sedang mempelajari buku karangan George Junus Aditjondro itu. Sejauh ini pun tidak ada rencana untuk menemui sang pengarang. "Tapi mungkin akan ada reaksi apakah dari 4 yayasan tadi atau individu lain yang disebutkan oleh Pak George," kata Julian. Presiden pun sejauh ini belum merencanakan menempuh jalur hukum. Walaupun, bisa saja dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban pengarang soal validitas data yang digunakan. Rencana menerbitkan buku penanding pun belum ada. Naskah buku yang ditulis George tersebut diterima Galang pada Juni 2009 atau sebelum kasus Century menjadi booming. Sebelum diterbitkan, buku tersebut telah dibaca banyak cendekiawan yang sekaligus memberikan catatan, seperti Syafii Maarif, Teten Masduki, juga dari Komnas HAM. Terkait judulnya pun, menurut Julius telah dilakukan diskusi berkali-kali dengan banyak orang. Namun, sepertinya upaya George Junus Aditjondro untuk membongkar gurita Cikeas masih mengalami berbagai kendala. Link Terkait: 1. Di SINI 2. Di SINI 3. Di SINI 4. Di SINI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H