Mohon tunggu...
Andifada Traktama Putra Rianto
Andifada Traktama Putra Rianto Mohon Tunggu... Diplomat - Hubungan Internasional UPN "VETERAN" Yogyakarta

Mahasiswa Aktif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potensi Diplomasi Olahraga dalam Mendorong Perdamaian Dunia

1 Juni 2024   08:28 Diperbarui: 16 Juni 2024   14:36 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Presiden Sukarno mengunjungi Uni Soviet pada bulan Juni 1961, dan pada tahun 1957 ia menjadi Presiden K.Y. Atau Ketua Presidium Tertinggi Uni Soviet. Voroshilov dan Perdana Menteri Nikita Chushev mengunjungi Indonesia pada bulan Februari 1960. Dari kunjungan timbal balik tersebut, tercipta kesepakatan untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama di berbagai bidang, antara lain politik, ekonomi, sosial budaya, kemanusiaan dan militer, termasuk pelaksanaan bantuan keuangan , pembangunan berbagai proyek, penyediaan baran, Peralatan militer dari Uni Soviet dan lain sebagainya.

Tak hanya itu, bahkan Uni Soviet pun membangun rumah sakit "Persahabatan", stadion "Gelora Bung Karno", hotel di Indonesia, Pembangunan jalan, jembatan, lapangan terbang di berbagai wilayah Indonesia, dan beberapa fasilitas lainnya.

  • Tujuan Keamanan: poin ketiga membahas tentang keamanan negara dengan negara lainnya. Dengan cara, membentuk sekutu dan saling menjaga di dalam Persekutuan tersebut. Pada era ini, tidak diketahui Republik Indonesia condong berpihak kemanan.

Di era Soekarno, Republik Indonesia sangat dekat dengan negara-negara sayap kiri atau bisa disebut dengan negara-negara Komunis seperti Uni Soviet, China, vienam, Cuba, dan Korea Utara. Tetapi Soekarno masih membuka hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat, bahkan pernah satu kursi mobil dengan presiden Amerika Serikat ke-35, yaitu John Fitzgerald Kennedy. Sementara pada era Soeharto, lebih condong ke Amerika Serikat dan sekutunya.

Tujuan keamanan di Indonesia tentunya untuk melindungi Negara beserta rakyat-rakyatnya. Bisa dilihat dari agenda terbesar TNI di tahun 2023 dengan nama kode "Super Garuda Shield". Latihan bersama berskala cukup besar antara TNI dan militer negara sahabat di kawasan Indo - Pasifik kembali digelar di Indonesia, menjadikannya latihan multinasional terbesar di Indonesia.

Upacara pembukaan Perisai Super Garuda dipandu oleh Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, sebagai pengamat upacara. Bersama Letnan Jenderal Brunson yang memimpin Korps I, TNI, AS, Australia, Singapura, dan Puslatpur V, ia memimpin pasukan seremonial yang terdiri dari Astros dan Himal atau bisa dikenal dengan peralatan sistem persenjataan utama yang ditempatkan di Korps Marinir.

Lebih dari 5.000 tentara dari 17 negara akan berpartisipasi dan bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan dan kemitraan. Kehadiran negara-negara di sini, baik sebagai peserta maupun pengamat, sangatlah penting dan menunjukkan komitmen kita dalam mendukung perdamaian dan kerja sama. Kegiatan ini juga merupakan kesempatan baik untuk mengenal berbagai produk tradisional, budaya, adat istiadat dan keanekaragaman Indonesia yang merupakan kebanggaan bangsa Indonesia.

 Pendapat dan Analisis Mandiri

 

Diplomasi olahraga adalah strategi di mana negara-negara menggunakan olahraga sebagai alat untuk mencapai tujuan politik, ekonomi, dan sosial. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk menjadi tuan rumah acara olahraga internasional, menjalin hubungan antar pemerintah melalui olahraga, dan menggunakan atlet sebagai aktor.

Keuntungan yang dapat diperolah antara lain:

  • Membangun citra positif: seluruh negara dapat memanfaatkan partisipasinya dalam ajang olahraga internasional untuk meningkatkan citranya di mata dunia.
  • Meningkatkan hubungan antar negara: Dengan berpartisipasi dalam acara olahraga, suatu negara dapat memperkuat hubungan bilateral dan multilateral dengan negara lain.
  • Diplomasi Budaya: Olahraga juga dapat digunakan untuk mempromosikan budaya dan nilai- nilai suatu negara kepada masyarakat internasional.
  • Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi: Penyelenggara acara olahraga internasional dapat menggunakan kesempatan ini untuk membangun infrastruktur dan menstimulasi.

Tetapi, tak dipungkiri diplomasi olahraga juga memiliki sisi negatif, seperti:

  • Politisasi Olahraga: Dalam beberapa kasus, negara-negara menggunakan olahraga sebagai alat untuk memperkuat tujuan politik mereka atau bahkan memanipulasi acara olahraga untuk alasan politik.
  • Biaya dan Sumber Daya: Menyelenggarakan acara olahraga internasional bisa sangat mahal dan dapat mengakibatkan pemborosan sumber daya serta kerugian finansial jika tidak dikelola dengan baik.
  • Kontroversi Hak Asasi Manusia: Beberapa acara olahraga internasional telah memicu kontroversi hak asasi manusia, khususnya mengenai pemilihan penyelenggara dan perlakuan terhadap atlet selaku aktor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun