Tanggal 17 Agustus menjadi hari yang dinanti-nantikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Hari di mana bendera Merah Putih dikibarkan dengan megah, menandakan telah terbebas dari belenggu penjajahan. Namun, benarkah kemerdekaan yang diraih seluruh rakyat Indonesia ini dapat dirasakan juga oleh mereka yang tergolong dalam kelompok miskin dan duafa?
Faktanya, kemerdekaan yang telah diperjuangkan selama puluhan tahun seolah-olah hanya menjadi kemewahan bagi sebagian kecil rakyat Indonesia. Kaum miskin dan duafa masih berjuang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, jauh dari kehidupan layak yang seharusnya mereka nikmati sebagai warga negara yang merdeka.
Tanpa akses pendidikan yang memadai, mereka sulit untuk mengembangkan potensi diri dan bersaing di dunia kerja. Tanpa jaminan kesehatan yang memadai, mereka rentan terhadap penyakit yang dapat memperburuk kondisi ekonomi mereka. Tanpa lapangan pekerjaan yang mencukupi, mereka terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sulit untuk diputus.
Seharusnya, kemerdekaan dapat dimaknai sebagai kebebasan untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan untuk mengakses layanan dasar, dan kebebasan untuk hidup dengan layak. Namun, bagi kaum miskin dan duafa, kemerdekaan hanya terasa sebagai angan-angan belaka.
Sudah saatnya pemerintah dan seluruh elemen masyarakat bersatu padu untuk mewujudkan kemerdekaan yang sesungguhnya bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali. Hanya dengan kerja keras dan niat tulus untuk membangun negeri ini, barulah kita dapat memaknai kemerdekaan sebagai sebuah anugerah yang dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H