Renungan di Simpang Jalan
Duduk bersila, diantara iring detak jam di dinding
Pikiran diliputi dilema, rasa yang mulai merana.
Perlahan tak punya arti, bagai lukisan yang mulai pudar,
Membuat hati bertanya, akankah ini akhir dari cerita?
Kenangan terbesit di benak,
Tawa dan canda yang dulu warnai hari-hari.
Kini, hanya bayang yang tersisa,
Tinggalkan rasa hampa dan luka saja.
Cinta yang terpatri, kini tak seiya sekata,
Bagai ombangan buih lautan badai.
Haruskah aku bertahan? Atau aku lepaskan?,
Untuk kebahagiaan yang tak kunjung datang?
Dilema ini bagai belati yang menusuk kalbu,
Membuat hati terbelah, tak tahu arah dan tuju.
Haruskah aku ikuti kata hati, yang berkata untuk pergi?
Atau haruskah aku bertahan, demi secercah asa yang tinggal sepenggal?
Aku ingin renung sejenak, mencari jawab yang tepat,
Akankah hubungan ini dipertahankan, atau dilepaskan dengan lapang?
Hanya waktu yang bisa menjawab,
Apakah cinta ini masih layak, atau harus dilepaskan?
Aku tak ingin terjebak dalam cinta yang hampa,
Namun, aku juga tak ingin siakan cinta yang ada.
Biarlah waktu memberi jawab,
Akankah rasa ini bersinar kembali, atau terbenam hingga tak terperi.
Di simpang jalan ini, aku akan merenung sejenak,
Mencari damai di hati, dan menggores langkah ke arah yang nyata.
Semoga diri dapatkan jawab yang tepat,
Demi kebahagiaan diri sendiri dan masa depan cinta ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI