Sudah menjadi kebiasaan kalau rata-rata orang jawa itu ramah. termasuk tukang becak , sopir taksi dan ojek yang biasa mangkal nunggu penumpang di stasiun dan terminal . di Solo , Jogja, dan Semarang terutama , ketika turun dari bus atau keluar dari stasiun kereta, sudah bisa di pastikan mereka menyerbu dengan 'keramahannya" tersebut. namun suatu hari mereka kena batu nya karena pak Dengkek...
" ajeng wangsul ten pundi pak?" ( mau pulang kemana pak?") tanya salah seorang tukang becak
" horookk, yo arep mulih ning omah, masa mulih ning alas ?! " ( ya mau pulang ke rumah, masa pulang ke hutan ?!)
" woh, griyanipun pundi?" (rumah nya mana ?")
"yo ora di gowo, tak tinggal " ( ya nggak di bawa -rumahnya, di tinggal)
" lha inggih, maksud kulo alamat' ipun  ten pundhi " ( lha iya, maksud saya alamat nya di mana)
" weh, yo ono. tercantum dengan jelas kuwi ning KTP. Â di akui pemerintah, tur resmi. lha wong pak Pos wae angger ono surat mesti langsung njujuk omah ku koq" ( wah, ya ada. tercantum dengan jelas itu di KTP. di akui pemerintah, dan resmi. orang kalau petugas pos saja kalau ada surat selalu langsung ke rumah koq)
" hadeehh, nggih pun monggo kulo derek'aken " (hadeehh, ya sudah mari saya hantarkan )
" emoh, ora usah. lha aku soko jakarta wae dewek'an wani. mung ning kono wae koq ndadhak di kancani "(nggak mau, nggak usah. orang aku dari Jakarta saja sendirian berani koq, cuma ke situ saja koq pakai di temani )
"nitih ojek nopo taksi mawon nggo pak. mirah koq " (naik ojek atau taksi saja pak, murah koq)
"balung tuwo koq kon numpak ojek, numpak taksi ki nek karo putu pantes , lha saiki dewe'an oq ,opo maneh kon mbayar ... wegah aku " ( tulang sudah tua koq di suruh naik ojek, naik taksi itu kalo bersama cucu pantes, lha sekarang cuma sendirian , apalagi di suruh bayar .. ndak mau aku)