Angin malam yang berhembus di celah jendela retak
Aroma menyengat dari toilet yang nyaris rusak
Sepanjang malam tak berhenti para pengasong berteriak
Menjajakan aneka dagangan mengusik tidur penumpang
**
Baru saja ku pejamkan mata
Derit roda mengguncang gerbong kereta
Ah.. Masih tengah malam buta
Sepi.. Sunyi..tak nampak lagi mereka
Para pengasong yang dulu tak nampak lagi
Juga pengamen,copet,pengemis semua sudah pergi
***
Dulu..
Dengan dua lembar sepuluh ribu
Aku biasa menyelipkannya di saku kondektur
Dari Solo ke ibu kota dengan kelas ekonomi
Tak perlu beli karcis
Duduk di selembar koran basi seharga seribu
Di depan toilet atau ku gelar di kolong kursi
Tidur sampai pagi..
***
Kini
Dinginnya AC membuat tubuh renta ku menggigil
Masih di dalam gerbong yang sama
Dengan tarif yang belasan kali lipat
Ku tebus jauh hari lewat loket
KTP, SIM, atau identitas lainnya melewati petugas jaga
***
Orang yang sebangku di perjalanan ini menggerutu
Mulutnya terasa kecut tak bisa lagi menghisap tembakau
Yang satu lagi kelaparan tak berani beli makan minum di restorasi
Mahal katanya
***
Bulan ini
Menurut kabar tarif akan naik
Pemerintah mencabut subsidi
Mengikuti inflasi, dolar dan harga minyak
Apeslah sudah nasib awak
Makin terjepitlah para jelata
Tinggal cerita murahnya moda transportasi massa
****
Mojosongo,20150311
Salam, BS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H