Mohon tunggu...
Putra Adnyana
Putra Adnyana Mohon Tunggu... lainnya -

seorang bloger yang kecanduan film, musik, dan penulis sajak galau terpahit

Selanjutnya

Tutup

Money

#Blogshopjne, Kompasiana Bersama JNE Dorong Inovasi di Bisnis Online

3 Juni 2015   12:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Seorang lelaki berkacamata tengah asyik menceritakan dunia kreatifnya. Di hadapan ratusan mahasiswa, penggiat digital, bloger, dan kompasiana Bali, pria tersebut nampak bersemangat membagi tips dan strategi tentang bagaimana mengawinkan kreativitas dengan bisnis secara sempurna. Acap kali, kata “bisnis online media” terlontar dari mulutnya. Ya, baginya berbisnis melalui dunia maya mendatangkan prospek cerah, terlebih di era digital dengan aksesibilitas internet yang terus berkembang. Lelaki kelahiran 4 Maret 1980 ini pun telah membuktikannya, bahwa ia bisa sukses menjual ide dan kreativitasnya hanya dengan berbekal internet.

Adalah Wahyu Aditya, sosok pemuda kreatif itu, yang menjadi pembicara utama di gelaran Kompasiana Blogshop Goes to Campus Bareng JNE pada 28 April 2015 lalu. Bertempat di Aula Pascasarjana Lantai III, Universitas Udayana, ini merupakan workshop kedua blogshopjne dalam serangkaian roadshow-nya ke empat kota dan empat universitas di Indonesia (Denpasar jadi salah satu kota kunjungan), dengan membawa tema  “Inovasi Strategi Bisnis di Media Online. Wahyu Aditya pun dipilih menjadi pembicara utama di blogshopjne untuk mewakili sosok muda yang sukses memanfaatkan internet sebagai media wirausaha dan kreativitas.

Salah satu terobosan Wahyu Aditya ialah situs Kementrian Desain Republik Indonesia (KDRI) yang diluncurkannya sejak tahun 2006 silam. Bukan tanpa alasan, pria yang akrab disapa Waditya ini mengusung nama situs yang agak “nyeleneh”. Ide KDRI sejatinya berawal dari kegelisahan Waditya terhadap logo-logo institusi pemerintahan yang terkesan kaku dan jauh dari “nyeni”. Lewat KDRI, ia pun merancang logo-logo tandingan untuk beberapa kementerian guna me-refresh pengalaman estetika kita dalam memandang institusi tersebut.

Dalam perjalanannya, KDRI menjadi wadah untuk menampung inovasi-inovasinya terhadap segala bentuk desain. Eksistensi KDRI pun berhasil menarik minat para desainer dari seluruh nusantara untuk turut berbagi ide di halaman website-nya. Bagi kalian yang akrab dengan desain logo Hari Kemerdekaan RI, di mana serentak dipakai oleh institusi maupun media promosi. Usut punya usut ternyata logo tersebut diciptakan pertama kali oleh Waditya lewat KDRI-nya. Banyak masyarakat yang akhirnya menggunakan dan mengembangkan ide logonya tersebut, bahkan menjualnya secara komersil. Meski begitu, Waditya tidak berkeinginan untuk menuntut royalty, bahkan ia membuka kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengeksplor logonya tersebut.

Tidak hanya KDRI, berkat eksplorasinya yang tiada henti terhadap dunia kreatif dan digital mampu menuntun sosok Wahyu Aditya untuk menciptakan lading creativepreneur lainnya. Inovasi terbesarnya ialah ketika mendirikan sebuah institusi pendidikan informal yang fokus pada bidang animasi dan desain grafis sejak 2004 silam – saat itu usianya baru 24 tahun. Sekolah desain yang bernama HelloMotion Academy ini pun mampu menarik atensi positif dari generasi muda, di mana lebih dari 3000 siswa telah menimba ilmu di sana. HelloMotion Academy menjadi debut termanis seorang Waditya di dunia creativepreneur. Keberadaan HelloMotion Academy ini pun dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas animator serta desainer di Indonesia.

Tak habis sampai di sana, Waditya juga menginisiasi sebuah festival pop culture bertajuk HelloFest yang punya misi dalam mendukung kemajuan perfilman animasi di Indonesia. Tak hanya itu, festival ini mencoba memberi inspirasi dan mendorong inovasi di dalam diri animator maupun penikmatnya. Festival yang diselenggarakan sejak 2006 ini menampilkan 25 kategori kultur pop, di mana salah satunya merupakan film pendek dan animasi. Setiap tahun penyelenggaraannya, festival ini mampu menampilkan lebih dari 250 film animasi pendek lokal terbaru.

Wahyu Aditya mengaku sejak kecil telah akrab dengan dunia seni. Menggambar menjadi minat utamanya yang mampu mengeksplor sebagai ide, kreativitas, dan imajinasi yang dimilikinya. “Saya sejak sekolah di SMA 3 Malang sudah mulai iseng mendesain ruangan kelas saya sendiri. Waktu itu saya gambar sosok kartun Alien di dinding kelas. Berkat itu, saya malah ditawari untuk mendesain logo kreatif untuk kops surat sekolah hingga logo untuk seragam basket sekolah,” ungkapnya riang.

Peluang Cerah Dari Internet

Bagi Waditya, hanya dengan bermodalkan kreativitas, teknologi, dan penguasaan pasar, kita sudah bisa berkompetisi di dunia wirausaha. Dengan adanya kreativitas dalam diri manusia akan memacu kemajuan teknologi, sehingga berdampak secara signifikan pada penciptaan pasar. Pesatnya perkembangan industri kreatif bisa menjadi salah satu contohnya, di mana pemanfaatan teknologi serta eksplorasi kreativitas mengambil peranan penting terhadap keberadaan pasar. Dewasa ini, media online pun menjadi wadah yang ideal bagi pelaku industri kreatif untuk bisa mencapai sasaran market-nya.

Sebelum sesi Wahyu Aditya, Iskandarjet selaku Asisten Manager Kompasiana juga memberikan peneropongannya terkait prospek bisnis lewat media online. Menurutnya, Indonesia memiliki pasar yang empuk untuk online marketing lantaran jumlah pengguna internet di Indonesia sendiri terus bertambah setiap tahunnya. Bukan mustahil, online marketing akan sangat maju ke depannya di Indonesia. Berbekal data riset APJU Puskakom UI (Maret 2014), Iskandarjet memberi gambaran pengguna internet di Indonesia yang terbagi menjadi dua kategori, yakni Netizen sebanyak 88,1 juta jiwa atau 35% dan bukan Netizen berjumlah 163,9 juta jiwa atau 65%. Menarik dari dua kategori tersebut bisa dipetakan lagi bahwa pengguna internet Indonesia banyak yang berasal dari wilayah Indonesia bagian barat (78%), ada pula yang merupakan generasi millennial (49%). Sementara itu sebanyak (85%) netizen Indonesia cenderung mengakses internet lewat ponsel, dan kebanyakan (51%) adalah netizen wanita.

Dengan aksesibilitas internet yang lebih mudah melalui perangkat gadget, seperti ponsel pintar maupun tablet membuat netizen Indonesia dengan leluasa berselancar di dunia maya. Lantas apa yang sebenarnya mereka cari di Internet? Iskandarjet pun kembali mengulik slide presentasinya yang menampilkan data APJU Puskakom UI (Maret 2014. Dari sana terkuak bahwa sebanyak 87,4 % netizen Indonesia doyan berjejaring sosial, sementara 68,7% hanya menggunakan mesin pencari, dan komposisi 59,9% bagi mereka yang hanya suka mengirimkan pesan instan. Tak hanya itu tercantum pula netizen yang lebih suka mengakses informasi atau berita sebanyak 59,7%, yang suka unduh dan unggah video sebanyak 27,3%, dan sisanya 11% suka belanja online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun