Mohon tunggu...
Andyna Sary
Andyna Sary Mohon Tunggu... -

Pesolek aksara. Pencumbu segara.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kicau Tentang Gunung Prau

21 Oktober 2013   16:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:13 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ini gunung yang sering diremehin banyak petualang loh. Padahal banyak kejutan manis di sini.”

Suatu pagi, celoteh ringan tersebut menggaung bersahutan di Balai Desa Petak Banteng, Wonosobo, Jawa Tengah. Bersama beberapa rekan pejalan yang baru saya kenal, kami menyiapkan ’peralatan rimba’ untuk menjajal pendakian Gunung Prau. Pernah dengar sabda khas pecinta alam, “Jangan menilai gunung dari ketinggiannya”? Maka ungkapan itu sangat pas ditujukan untuk Prau yang berbaring elok 2.565 meter di atas paras laut. Oia, keping cerita ini tidak akan memaparkan kronologis perjalanan. Melainkan kejutan manis Prau yang amat memikat mata saya.

Pertama, mari saya antarkan salah satu semburat surya terbaik yang pernah saya miliki seumur hidup. Tidak jauh dari camp area, sekitar pukul 05.30 – 06.00 pagi, kami rela menggigil keluar tenda sambil saling berpelukan. Suhu dingin Prau adalah harga yang harus dibayar untuk menyaksikan langsung terbitnya matahari. Dalam kurun waktu sesingkat itu, tampak lima puncak gunung lainnya mengirim salam. Sindoro, Sumbing, Slamet, Merbabu, dan Merapi anggun tersulam. Betapa hebatnya Maha Pelukis Alam. Ah ya, mau tahu menu sarapan kami? Sepoci teh panas Candi Wayang, roti gandum, madu, dan tentu saja golden sunrise!
Kedua, jalur penanjakan yang cukup terjal dan berat. Terutama dari Pos 3 menuju Pos 4. Tapi ternyata, justru bagian ini mempersembahkan keajaiban Telaga Warna. Dari kejauhan, mata air dengan varian rona tersebut melambai molek sekali. Megah dipagari oleh jajaran dataran tinggi hijau. Jadi, kalau ada yang bilang naik gunung itu capek, nah di titik ini capeknya hilang total. Rasanya, saya betah berlama-lama istirahat dan memandangi lansekap sedemikian sani.
Ketiga, sisi unik Prau juga terletak pada Padang Teletubbies. Bentang savana yang membentuk perbukitan luas dan bertumpuk-tumpuk, seperti dalam serial TV anak tersebut. Jika gunung lain menyuguhkan Edelweiss sebagai jagoannya. Prau justru diselimuti kerumunan Bunga Daisy yang melirik manja kala fajar tiba. Yes truly dazzling Daisy!
Keempat, sensasi ketika malam hari tiba. Siapkan indra penglihatan untuk menengadah ke langit sepuas-puasnya. Ribuan tebar bintang Prau berkelap-kelip memayungi bumi. Tak terhitung jumlahnya. Momen ini kian sempurna saya ingat, dengan petikan gitar Blink 182 yang tiba-tiba terdengar dari tenda sebelah. Sweetish, aye?
Kicau ini mungkin tidak bisa mewakili kecantikan Prau seluruhnya. Namun kelak, gunung ini sangat potensial menjadi destinasi favorit pendaki negeri. Semoga Prau tetap lestari dan saya diizinkan kembali lagi. Suatu hari nanti. Andyna Sary Lokasi: Gunung Prau, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia Foto: Ajeng Dwi Indriyani, Maulana Harjuki, Esta Majesta, Erna Windarti, Iman Kurniadi, Rusdy, Andyna Sary Selengkapnya: andynasary.tumblr.com
“It is not the mountain we conquer, but ourselves.” -Edmund Hillary

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun