Kalau ditanya band Indonesia mana yang paling jitu merangkum episode hidup, maka opsi saya jatuh pada Sheila on 7. Kalau ada musisi yang bermetamorfosis seiring pendewasaan karya selama nyaris dua dekade, pun saya menunjuk Sheila on 7. Kalau harus memilih simbolisasi apik barometer musik dalam negeri, dengan senang hati saya tetap memilih Sheila on 7. Dalam tudung perayaan ulang tahun ke-16, lima konco asal kota pelajar ini berhasil mempersembahkan kado termanis bagi para penggemarnya, Sheila Gank. Dengan segala keterbatasan daya ingat, izinkan saya membagi ulasan bersahaja konsernya berikut ini. Sesuai dugaan, cukup banyak Sheila Gank yang sengaja berbondong-bondong datang dari luar Jogja, demi menyaksikan langsung perhelatan ini. Saya dan beberapa teman Gebrakers pun melewati perjuangan panjang saat harus berburu tiket kereta. Setibanya siang hari di lokasi, 18 Mei 2012, antrian penukaran tiket konser tidak kalah padat membanjiri area parkir. Kian malam, kian bermunculan spanduk-spanduk khas Sheila Gank dari berbagai daerah gagah berkibar; Jabodetabek, Purworejo, Padang, Makassar, bahkan Malaysia. Pesta besar, Kawan! Sesuai garis besar konser bertitel 3 On 3 Concert. Selama 3 jam penonton disuguhi 3 sesi yang berbeda. Grand Pasific Jogja menjadi pembeda intimasi aksi panggung Sheila on 7 terdahulu dengan yang sekarang.
Sesi pertama berlangsung enerjik seperti sebuah pemanasan
non stop. Aneka medley panjang dijahit solid membuat penonton tak henti berjingkrak ria. Ada yang masih ingat sampul album
7 Desember? Tata panggung pertama identik sekali dengan album ini. Syarat imaji membawa kita seolah berada dalam payung teduh, nuansa awan putih, menginjak semburat bumi kemerahan tempat manusia bermain dan berkreasi. Benar saja,
Tentang Hidup yang diambil dari salah satu nomor dalam
7 Desember terpilih sebagai pembuka. Banyak kompilasi tabrak
hits pada sesi pertama. Misalnya ketika
soundtrack film
Titanic - My Heart Will Go On mendadak menjembatani intro
Itu Aku. Dominasi koleksi lagu bertempo
middle beat ditampilkan berturut-turut, seperti
Segalanya, Yang Terlewatkan, Tunjukkan Padaku, Betapa, dsb. Sheila on 7 tampil necis dengan tipikal kostum
neat-classy. Contohnya Duta dengan
vest dan
blazer hitamnya, atau Eross dengan kemeja kotak-kotak
preppy look. Adam tidak mau ketinggalan beraksi kocak
break dance dengan topi ala
rapper menjelang lagu
Pemuja Rahasia. Singkatnya, sesi pertama seperti penyampaian pesan lugas. Betapa kekutan magnetik lagu-lagu mereka selama 16 tahun sangat membumi bagi kita.
Kejutan sesi kedua sangat menggelitik. Penonton festival sempat kaget. Sebab posisi panggung berpindah 180 derajat ke area belakang. Tepat di antara penonton
VIP yang terduduk manis. Disinilah saya bergidik gemetar ketika menoleh seisi
Grand Pasific dipenuhi tak kurang dari 4500 manusia.
The concert was FULL HOUSE! Konsep
acoustic unplugged dipilih sebagai upaya lebih mengakrabkan diri dengan Sheila Gank. Kostum pun berganti menjadi street-casual. Banyak lagu lama yang dibawakan begitu sederhana, namun justru melekat. Sebut saja
Just For My Mom, JAP, Seandainya, Terlalu Singkat, Saat Aku Lanjut Usia, Berhenti Berharap, dsb. Mayoritas tema patah hati menyeruak di sini.
Manuver terbaik selama sesi kedua, menurut saya ada pada lagu Dan. Tepatnya ketika Brian, Eross, dan Adam hanya berbagi 1 buah gitar dimainkan berbarengan.
Like three-some! Kala menunggu masa pergantian menuju babak akhir, muncul beberapa
video tape berupa kumpulan foto lucu perjalanan Sheila on 7 di layar. Bahkan kenangan bersama Sakti (mantan gitaris) dan Anton (mantan
drummer) pun terasa hangat. Lalu tibalah bagian pamungkas. Sesi 3 digebrak dengan dentuman super maskulin. Pilihan lagu-lagu super upbeat digeber tanpa henti. Senada dengan
leather jacket yang dikenakan para personil. Rasanya tidak ingin berhenti meneriakkan
Pede, Sahabat Sejati, Have Fun, Berlayar, Terimakasih Bijaksana, Seberapa Pantas, Hari Bersamanya, dsb. Menjelang
closing, Duta memanggil istri-istri dan anak-anak para personil bergabung ke atas panggung. Tak ketinggalan sejumlah kru dibalik kesuksesan mereka sejak era 90-an. Disinilah pertama kalinya saya menyaksikan keluarga besar Sheila on 7 berjejer komplit untuk tiup lilin kue ulang tahun bersama. Diiringi nyanyian
Happy Birthday dari ribuan Sheila Gank.
Oh and yes I was wiping my teardrops indeed.
Konser ditutup final dengan ajakan
Melompat Lebih Tinggi dan mengenang
Kisah Klasik Untuk Masa Depan. Berbagai
confetti balon,
fireworks, sampai adegan Duta terjun
moshing di tengah penonton festival. Semakin menyempurnakan selebrasi ulang tahun ini. Sungguh suatu keberuntungan bisa menjadi saksi hidup momen musik malam itu. Semua lelah berjam-jam menembus perjalanan darat Jakarta-Jogja terbayar.
An intimate music gigs. A delightful 16th anniversary. Teruslah berlayar, Sheila on 7.
Andyna Sary 24 Mei 2012 Photo by: Bayu Pamura, Gigsplay Indonesia, Hasief Ardiansyah, Rolling Stone Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Lyfe Selengkapnya