Mohon tunggu...
Fransiscus AndySetiawan
Fransiscus AndySetiawan Mohon Tunggu... Guru - Seorang Anak Desa yang ingin menempuh pendidikan di Kota

Tertarik dengan dunia, Seni, PolitiK Serta Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Filosofi Rumah Joglo

12 Maret 2021   11:08 Diperbarui: 12 Maret 2021   11:18 4642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

            Rumah Jogjo merupakan rumah adat Jawa Tengah yang dibuat dari kayu jati. Rumah joglo pada awalnya hanya dimiliki oleh kalangan terpandang saja, namun  perkembangan zaman rumah joglo dapat dimiliki oleh siapapun.  Satu pendapat  menyatakan bahwa rumah joglo dibangun awalnya dengan bahan batu. Arsitektur dari rumah joglo dipengaruhi oleh bangunan kuil pada abad ke-8. Namun, masih banyak pertanyaan yang belum dapat terjawab hingga saat ini mengenai hal tersebut. Terdapat juga dugaan bahwa rumah joglo berdasarkan naskah “Kuna” yang berasal dari kerajaan Kediri menyebutkan rumah-rumah orang Jawa  yang dibangun dari bahan kayu. Bangunan dari bahan kayu dikarenakan kayu merupakan bahan yang ringan, mudah dibentuk, dan banyak tersedia. Jelas itu lebih banyak menguntungkan dibandingkan dengan bangunan yang terbuat dari batu. Bahkan, ada pula mitos yang mengatakan bahwa rumah joglo pada masa lalu digunakan sebagai perantara dalam penyebaran Islam di daerah Jawa khususnya di Jawa Tengah.

FILOSOFI RUMAH JOGLO

Rumah tradisional Jawa mempunyai filosofi dan tujuan yang diwujudkan melalui simbol-simbol atau lambang. Simbol-simbol tersebut merupakan petunjuk para leluhur yang dilaksanakan oleh keturunannya. Pada rumah joglo terukir cantik ukiran-ukiran khas Jawa. Rumah joglo mempunyai kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga oleh soko guru. Susunan ruangan pada Joglo umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu ruangan pertemuan yang disebut pendapa, ruang tengah yang disebut ruang pringgitan, dan ruang belakang yang disebut dalem yang berfungsi sebagai ruang keluarga. Masyarakat Jawa Tengah tetap menerapkan bentuk denah yang berbentuk bujur sangkar dan persegi panjang. Hal tersebut sesuai dengan estetika hidup orang Jawa yang mempunyai ketegasan prinsip dalam menjalankan tanggung jawab terhadap hidupnya. Dalam perkembangan desainnya bentuk persegi ini mengalami banyak perubahan dengan pembaharuan ruang pada sisi-sisi bangunannya, tetapi tetap merupakan kesatuan bentuk dari denah persegi.

 Rumah Joglo memiliki Bebatur atau pondasi adalah dasar, landasan. Bebatur mempunyai lambang dari keyakinan yang harus kokoh atau kuat. Sehingga tidak akan goyah apabila bahaya datang. Soko guru simbol dari adanya sesuatu yang ditinggikan, yaitu Tuhan. Soko rowo adalah delapan sifat alam. Bahu dhanyang ini dipercaya sebagai tempat roh penunggu. Banon diberi makna keterbukaan dan melindungi. Lung-lungan, memiliki makna segala sarana yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan atau cita-cita yang lebih tinggi. Panahan bermakna sebagai penolak bala atau agar rumah mendapat keamanan. Tumpangsari adalah balokbalok pengikat saka guru yang disusun seperti piramida terbalik. Ritual dibawah tumpangsari menunjukkan hubungan vertikal dengan Tuhan. Nanasan memiliki makna bahwa setiap manusia untuk memperoleh keinginannya, harus bisa mengatasi segala rintangan yang menghampirinya. Sindik menggambarkan alat kelamin laki-laki. Kolong menggambarkan alat kelamin perempuan. Molo adalah lambang dunia ats atau disebut mikrokosmos. Bongkak atau hiasan makutha ini memiliki makna agar seisi rumah selamat, tentram, dan selalu dalam perlindungan-Nya. Pada rumah joglo terdapat beberapa hiasan yang berfungsi untuk memberi keindahan. Hiasan tersebut diharapkan dapat memberikan ketentraman dan kesejukan bagi yang menempatinya. Bagi orang Jawa, hiasan rumah tersebut banyak berupa ukiran flora, fauna. Pada alas tiang yang disebut umpak, biasanya diberi hiasan terutama umpak pada soko guru. Umpak merupakan simbol seperti halnya manusia yang memiliki alas kaki atau sepatu, yang memiliki konsep makna pemimpin itu tidak akan kuat jika tidak dilapisi yang dibawahnya, sehingga menjadi satu kesatuan yang kuat.  Hiasan tersebut berupa ukiran bermotif bunga mekar, yang disebut Padma. Padma adalah bunga teratai merah sebagai lambang kesucian, kokoh dan kuat yang tidak mudah tergoyahkan oleh segala macam bencana yang menimpanya. Rumah Joglo juga  memiliki atap berbentuk piramida seperti gunung yang bernama tajug. Nama joglo sendiri berasal dari kata “tajug” dan “loro” yang berati penggabungan dua tajug. Tajug sendiri dipilih sebagai atap rumah karena bentuknya yang menyerupai gunung. Bentuk gunung tersebut dipilih karena masyarakat Jawa mempercayai gunung sebagai simbol yang sacral atau temapt tinggalnya para dewa-dewa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun