[caption id="attachment_142292" align="alignnone" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Dari seluruh ketrampilan hidup yang akan dibutuhkan anak anda dalam hidupnya, hampir tidak ada yang lebih penting dari ketrampilan berpikir jernih.
Kemampuan untuk memecahkan masalah dan berpikir kreatif seperti menciptakan ide baru, menemukan pemecahan masalah baru bagi persoalan lama, merupakan bagian dari ketrampilan berpikir.
Sungguh mengherankan, cara berpikir sangat jarang diajarkan di sekolah. Oleh karena itu anda sebagai orang tua merupakanharapan anak untuk menumbuhkan cara berpikir logis dan kreatifnya.
Anak belajar dengan efektif dengan melihat, mendengar, meniru dan terutama, mempraktekkannya sendiri. Walaupun sebagai orang dewasa anda cenderung berpikir didalam kepala anda (tanpa bersuara), usahakan agar anak anda bisa “mendengar” pikiran anda. Ungkapkan apa yang anda pikirkan, bagaimana anda mengambil keputusan (contoh: “Hmm..langit tampak mendung, awan tebal menyelimuti langit. Nampaknya sebentar lagi akan hujan. Sebaiknya kita bawa payung.”).
Anda juga bisa mengembangkan cara berpikir anak melalui “bahasa anak” yaitu bermain.
Pendekatan ”Bagaimana Jika.” Setiap hari kita dihadapkan pada berbagai permasalahan yang membutuhkan pemecahan, baik solusi baru atau lama. Diskusikan dengan anak “Bagaimana Jika…kita mengambil jalan lain menuju supermarket?” “Bagaimana kita bisa mendapat cara yang lebih baik untuk…mengusir semut/menemukan kaos kaki dengan cepat/mengerjakan PR pada jam yang sama?”
Cari Solusi Baru. Seringkali pemecahan masalah menjadi rutinitas. Libatkan anak anda untuk mencari solusi baru dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, anak mengusulkan berbagai cara untuk bisa bangun sendiri, tidak dibangunkan oleh orang lain. Ataupun cari cara kreatif agar mainan tidak selalu berserakan. Anak juga pasti punya berbagai usul untuk selalu ingat untuk mematikan lampu.
Bangun fondasi berpikir lewat rasa ingintahu anak. Anak kecil senang sekali bertanya : ”Kenapa?” “Kenapa matahari selalu hilang di malam hari?” ”Kenapa aku harus makan?”
Tanyakan pada anak: “Menurutmu, mengapa terjadi seperti itu?” Misalnya : Ketika anak mengeluh berkeringat, tanyakan mengapa ia berkeringat. Mengapa ia memikirkan jawaban seperti itu.
Dorong anak untuk mencari. Berikan teladan. Misalnya ia tidak mengetahui makna kata dalam pelajaran bahasa Inggris, bantu dia untuk mencarinya di kamus. Atau jika ada pertanyaan yang anda tidak tahu jawabnya, bantu dia untuk mencari jawabannya di internet.
Makin baik hari demi hari. Sesering mungkin carilah cara sederhana untuk memperbaiki sesuatu. Jelaskan pada anak anda mengapa anda melakukannya.
Jadikan bermain tebak-tebakan acara favorit anda. Misalnya, jaman dahulu TV warnanya hanya hitam putih, sekarang berwarna, bahkan 3 dimensi. Seperti apa TV di masa depan? Contoh lain, baca buku cerita bersama anak, sebelum cerita berakhir diskusikan bagaimana “akhir cerita” menurut versi anak anda.
Membangun cara berpikir jernih memerlukan waktu dan latihan. Seperti kata Aristoteles: “We are what we repeatedly do. Excellence, then, is not an act but a habit.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H