Artikel yang berjudul “Terbongkar, Pelacuran terselubung di Medan” ini dimuat di kompas online dengan pembaca sebanyak 23523, mendapat 17 komentar, dan telah dishare sebanyak 50 kali melalui facebook. Judul ini memperlihatkan bahwa isinya pun sangat bias. Paragraf pertama yang mengasosiasikan antara tubuh yang tak sempurna dengan pekerjaan yang lebih baik. Logika ini bisa dimakna terbalik; tubuh sempurna cocok menjadi pekerja seks. Kata “disewakan” yang ditempatkan sebagai aktivitas perempuan-perempuan muda kemudian mengacu pada definisi penulis mengenai tubuh sebagai komoditas yang bersumber pada pilihan lelaki hidung belang. Bukan pilihan pekerja seks itu sendiri.
Paragraf kedua pun kembali bias. Bersyukur bahwa pekerjaannya sebagai mucikari berakhir. Moralitas sungguh menjadi tonggak tulisan ini. Kata meringkus yang diposisikan pada perempuan bawah umur merupakan bentuk re-kriminalisasi pada perempuan itu sendiri.
Bisa jadi ungkapan mucikari adalah benar. "Mereka sendiri yang mau. Aku hanya diminta bantu mencarikan tubang (tua bangka)aja”. Semua transaksi dan negosiasi bukan aku," Bisa jadi menjadi pekerja seks merupakan pilihan perempuan itu sendiri. Namun, jika dilihat sisi bahwa kenyataan perempuan itu masih berusia anak, maka wilayah abu-abu berlaku di sini. Si mucikari dapat dlihat sebagai pelaku trafficking dan si pekerja seks merupakan korban trafficking. Tetapi jika dilihat dari alasan si mucikari, mereka datang karena pilihan dan bukan berlandas keterpaksaan, maka sesungguhnya perempuan tersebut dilihat sebagai makhluk merdeka yang hidup penuh dengan tuntutan, termasuk tuntutan ekonomi.
Perempuan selalu ditempatkan dikotomi yang saling berlawanan, perempuan membenci sesama perempuan. Padahal, keduanya merupakan objek pemuas seks laki-laki. Mucikari sebagai jembatan, pekerja seks sebagai penyedia seks. Artikel ini tidak memperlihatkan dimana laki-laki yang mengkonsumsi seks perempuan, siapa laki-laki yang memperoleh jasa mereka. Laki-laki berwujud sebagai aktor pahlawan masyarakat, polisi. Jika analogi laki-laki adalah polisi dan perempuan adalah pekerja seks, kata meringkus dan menangkap pada artikel ini memperlihatkan bagaimana perspektif penulis melihat laki-laki dalam pola relasi kuasa. Laki-laki itu jumawa, maskulin, dan punya kekuatan, sedangkan perempuan itu pasif, sembunyi-sembunyi, dan lemah.
Artikel sumber:
http://regional.kompas.com/read/2011/08/04/18362631/Terbongkar.Pelacuran.Terselubung.di.Medan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H