Mohon tunggu...
Andi Cipta Asmawaty
Andi Cipta Asmawaty Mohon Tunggu... -

Saya adalah pekerja sosial di lembaga yang bernama Solidaritas Perempuan. Hobi membaca dan menulis mengenai situasi sosial merupakan ketertarikan saya sejak di bangku SMA. Setelah saya menjadi pekerja sosial yang berkaitan dengan perspektif perempuan dan gender, saya terus mengamati sekaligus mengkritisi realitas dari mikro hingga makro. Blog saya: www.feminisgaul.wordpress.com dan personal blog saya: www.andycipta.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Utang Memburai Rahim Kami

29 November 2011   15:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:02 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kami ini rahim-rahim terburai
Yang hidupnya dijual demi sebongkah utang
Tiada satu pertanda dalam rahim ibu kami
Lahir dan bernafas di negeri ini mesti menghirup polusi korupsi
Katanya, rahim adalah sumber hidup
tapi hidup bersama rahim tak pernah lepas dari ketakutan
Ketika kami harus berbahagia dengan masa kecil kami
Kami sudah ditipu atas nama Pembangunan Ekonomi
Dan saat orde politik seharusnya terlalu berat dan jorok
Kami tiada daya termakan pahit ketika menyimak nestapa orang tua kami.
Yang Miskin tanah.
Yang Miskin beras.
Yang Miskin air.
Yang Miskin harap.
Kami yang ikut tersengguk kian tak paham
Mengapa rasa lapar dan serba kekurangan menjadi perih yang terus menggurui kami hingga rahim kami siap atau telah dibuahi

Kami ini rahim-rahim terburai
Diperkosa oleh raksasa yang datangnya perlahan
Menyiksa namun candunya menjangkiti para petinggi negeri ini
Yang bodoh dengan konsep pedih. Yang dungu dengan konsep miskin.
Namun, airmatanya deras mengalir ketika di depan kamera
Sandiwara mesti pentas gemintang lagi-lagi untuk sebongkah utang
Kian cantik dipulas oleh aneka lekukan kurva dan hitungan kesejahteraan
Katanya negeri ini harus berutang.
Utang dihidangkan dan mereka lahap dengan serakah.
Kenyang dan lupakan kami, si pemilik rahim yang diburai-burai oleh kesewenang-wenangan.

Kami ini rahim-rahim terburai
Yang ucapannya dibungkam dan dilupakan
Dan saat utang telah tiba dan meracuni air sawah kami
Hati kami lantang menghadang
Namun yang lain bilang utang adalah malaikat kebaikan
Bagi kami, utang adalah rayap penjajah tanah
Apa pasal, tanah adalah harga diri kami
Yang tangisnya sangat kami pahami

Kami ini rahim-rahim terburai
Yang kadung tahu bahwa kebebasan adalah segala-galanya
Yang kadung mengerti bahwa hidup merdeka adalah hakikatnya
Yang kadung paham bahwa nelangsa pasti usai
kendati tanpa utang
kendati tanpa utang
kendati tanpa utang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun