Mohon tunggu...
Andi Cipta Asmawaty
Andi Cipta Asmawaty Mohon Tunggu... -

Saya adalah pekerja sosial di lembaga yang bernama Solidaritas Perempuan. Hobi membaca dan menulis mengenai situasi sosial merupakan ketertarikan saya sejak di bangku SMA. Setelah saya menjadi pekerja sosial yang berkaitan dengan perspektif perempuan dan gender, saya terus mengamati sekaligus mengkritisi realitas dari mikro hingga makro. Blog saya: www.feminisgaul.wordpress.com dan personal blog saya: www.andycipta.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Polisi Versus Pekerja Seks

9 Agustus 2011   05:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel yang berjudul “Terbongkar, Pelacuran terselubung di Medan” ini dimuat di kompas online dengan pembaca sebanyak 23523, mendapat 17 komentar, dan telah dishare sebanyak 50 kali melalui facebook. Judul ini memperlihatkan bahwa isinya pun sangat bias. Paragraf pertama yang mengasosiasikan antara tubuh yang tak sempurna dengan pekerjaan yang lebih baik. Logika ini bisa dimakna terbalik; tubuh sempurna cocok menjadi pekerja seks. Kata “disewakan” yang ditempatkan sebagai aktivitas perempuan-perempuan muda kemudian mengacu pada definisi penulis mengenai tubuh sebagai komoditas yang bersumber pada pilihan lelaki hidung belang. Bukan pilihan pekerja seks itu sendiri.

Paragraf kedua pun kembali bias. Bersyukur bahwa pekerjaannya sebagai mucikari berakhir. Moralitas sungguh menjadi tonggak tulisan ini. Kata meringkus yang diposisikan pada perempuan bawah umur merupakan bentuk re-kriminalisasi pada perempuan itu sendiri.

Bisa jadi ungkapan mucikari adalah benar. "Mereka sendiri yang mau. Aku hanya diminta bantu mencarikan tubang (tua bangka)aja”. Semua transaksi dan negosiasi bukan aku," Bisa jadi menjadi pekerja seks merupakan pilihan perempuan itu sendiri. Namun, jika dilihat sisi bahwa kenyataan perempuan itu masih berusia anak, maka wilayah abu-abu berlaku di sini. Si mucikari dapat dlihat sebagai pelaku trafficking dan si pekerja seks merupakan korban trafficking. Tetapi jika dilihat dari alasan si mucikari, mereka datang karena pilihan dan bukan berlandas keterpaksaan, maka sesungguhnya perempuan tersebut dilihat sebagai makhluk merdeka yang hidup penuh dengan tuntutan, termasuk tuntutan ekonomi.

Perempuan selalu ditempatkan dikotomi yang saling berlawanan, perempuan membenci sesama perempuan. Padahal, keduanya merupakan objek pemuas seks laki-laki. Mucikari sebagai jembatan, pekerja seks sebagai penyedia seks. Artikel ini tidak memperlihatkan dimana laki-laki yang mengkonsumsi seks perempuan, siapa laki-laki yang memperoleh jasa mereka. Laki-laki berwujud sebagai aktor pahlawan masyarakat, polisi. Jika analogi laki-laki adalah polisi dan perempuan adalah pekerja seks, kata meringkus dan menangkap pada artikel ini memperlihatkan bagaimana perspektif penulis melihat laki-laki dalam pola relasi kuasa. Laki-laki itu jumawa, maskulin, dan punya kekuatan, sedangkan perempuan itu pasif, sembunyi-sembunyi, dan lemah.

Artikel sumber:

http://regional.kompas.com/read/2011/08/04/18362631/Terbongkar.Pelacuran.Terselubung.di.Medan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun