Ayat di atas sekaligus menjadi landasan bagi hal ketiga yang harus dihindari menurut ad Dimasyqi yaitu sikap berlebihan dalam pengeluaran. Sikap berlebihan dapat digambarkan sebagai sikap menghamburkan harta untuk pengeluaran yang bersifat keinginan, bukan kebutuhan. Sehingga jika kita rangkum hal kedua dan ketiga di atas maka kita dapatkan satu prinsip penting untuk selalu mengutamakan pengeluaran atas dasar kebutuhan dan meminimalisir pengeluaran atas dasar keinginan.
Hal keempat, ad Dimasyqi menyarankan agar kita menghindari sikap melampaui batas dalam melakukan pengeluaran. Sikap melampaui batas dengah bermewah-mewah atau bergaya hidup di atas kemampuan keuangan merupakan fenomena yang semakin marak nampak di sekitar kita meski sikap ini dikecam di dalam ajaran Islam. Sikap seperti ini mendorong sifat konsumtif yang pada akhirnya dapat menjerumuskan kita pada sikap bermudah-mudah dalam berhutang yang mugkin tak akan mampu dilunasi dan bahkan menumbuhkan kecintaan yang berlebihan terhadap dunia.
Dan yang terakhir, hal kelima yang harus dihindari dalam perencanaan keuangan menurut ad Dimasyqi adalah manajemen atau pengelolaan keuangan yang buruk. Secara ideal, dengan bersandar pada pemahaman yang benar pada prinsip-prinsip yang diutarakan di atas, pengelolaan keuangan yang baik dilakukan dengan menyusun alokasi pengeluaran dalam rencana keuangan keluarga serta memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan. Sebaliknya, pengelolaan keuangan yang buruk dapat diawali dari niat yang tidak lurus, cara menjemput rezeki yang tidak halal, pemilihan instrumen keuangan yang mengandung riba, tidak melakukan perencanaan, tidak menjalankan rencana keuangan dengan benar atau tidak melakukan evaluasi terhadap kondisi keuangan secara berkala.
Merangkum keseluruhan prinsip pengaturan arus kas keluarga Islami menurut ad Dimasyqi, bersikap pertengahan adalah kata kuncinya. Inilah satu bukti nyata bahwa Al Quran merupakan petunjuk hidup yang komprehensif, termasuk petunjuk soal perencanaan keuangan dan pengaturan arus kas keluarga, meski “hanya” mengandung sekitar enam ribu ayat. Pertanyaan besar bagi kita umat Islam adalah, sudahkah kita mempelajari dan mengamalkannya dengan benar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H