[caption id="attachment_201882" align="aligncenter" width="385" caption="Sumber foto (Sahabat Doa)"][/caption]
"Jika kamu menghakimi seseorang, kamu tidak mempunyai waktu untuk mengasihi mereka" (Bunda Teresa). Bunda Teresa tidak memenuhi hidupnya dengan sejuta kalimat dan teori tetapi sejuta teori yang dinyatakan beliau lahir dari kehidupan yang dia jalani.
Tindakan nyata melebihi kata-kata. Tindakan nyata juga tidak memusingkan perkara-perkara kekuatan diri sendiri dan golongan untuk menguasai dunia ini. Bahkan tindakan nyata harus berani meninggalkan kenyamanan diri sendiri demi orang lain. Itulah kasih. Diri sendiri sering merasa aman dengan identitas keagamaannya. Kesibukan baru adalah menjadi hakim atas orang lain. Perasaan dan sikap hidup lebih suci ditandai dengan tindakan untuk merasa tak nyaman dengan orang yang berbeda dengan kaum sendiri. Tidak ada lagi untuk orang lain kecuali untuk orang yang sepaham. Cara memandang manusia itu pun sangat berbeda, hanya selalu menghubungkan dengan agama, tidak dari sisi kemanusiaan. Kerendahan hati menjadi sangat perlu. Bagaimana menghidupi kerendahan hati? Bunda Teresa kemudian menjawabnya, "Berusaha seminimal mungkin berbicara tentang diri sendiri". Kesombongan adalah dasar kehancuran. Ketidakmampuan untuk memimpin hati menjadikan diri sendiri menjadi orang yang tidak mempunyai waktu untuk orang lain. Wawasan menjadi sangat sempit dan hanya bergelut dengan dunia sendiri dan kaum sendiri. Jadilah kaum yang menjadi berkat buat semua orang, tidak semata supaya orang lain mengikuti pandangan dan golongan sendiri. Tetapi nyatakanlah kasih itu tanpa memandang latar belakang suku agama dan ras dari objek kasih itu. "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah" (Pesan dari Galatia).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H