Kompasioner, menteri agama Republik Indonesia mengumumkan secara resmi bahwa Hari Raya Idul Fitri 1445 H, jatuh pada tanggal 10 April 2024. Umat Islam di Indonesia melaksanakan ibadah Sholat Idul Fitri di hari pertama lebaran. Banyak kebiasaan yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia pada saat Lebaran. Setelah Sholat Ied selesai, biasanya bersalam-salaman dengan sesama umat yang melakukan Sholat Ied bersama.Â
Nah, ada sebuah tradisi sakral yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia saat Lebaran, yaitu sungkeman. Sungkeman memiliki asal kata sungkem memiliki makna bersimpuh, atau duduk berjongkok sambil mencium tangan. Sungkeman biasanya dilakukuan oleh orang muda kepada orang yang lebih tua. Namun lazimnya dilakukan oleh anak kepada orang tuanya sendiri. Pada saat lebaran hari pertama, sungkeman ini dilakukan di keluarga sendiri (anak kepada orang tua).Â
Setelah sungkeman pada keluarga dilakukan, biasanya kemudian saudara yang lebih muda berkunjung ke tempat kerabat yang dianggap lebih tua. Dalam budaya Jawa sendiri, seseorang sungkep kepada orang yang lebih tua merupakan suatu perbuatan yang terpuji. Hal ini merupakan penghormatan kepada orang yang lebih tua atau dituakan. Sungkem bukanlah simbol kerendahan derajat. Namun justru sebagai perilaku utama.
Dalam tradisi lebaran, sungkem selain sebagai lambang penghormatan, sungkem juga sebagai permohonan maaf atas kesalahan di masa lampau. Para ulama di Jawa nampaknya ingin benar mewujudkan bahwa tujuan puasa Ramadhan selain meningkatkan iman dan takwa, juga mengharap agar dosa dan kesalahannya di masa lampau diampuni oleh Allah SWT.Â
Tradisi silaturahmi bermaaf-maafan dari rumah ke rumah terlah lama berlangsung. Biasanya tuan rumah selalu menghidangkan beraneka macam hidangan, mulai dari kue kering, aneka permen, buah-buahan, hingga menu utama yaitu ketupat lebaran lengkap dengan opor ayam serta sambal gorengnya. Semua itu dihidangkan oleh tuan rumah sebagai ungkapan syukur atas Ramadan penuh berkah yang telah dijalani, dan sebagai penghargaan bagi para tamu yang berkunjung.
Ada cerita yang selalu menarik ketika momen Idul Fitri tiba dibalik misteri isi kaleng Khong Guan. Apakah isinya sesuai dengan peruntukannya, yaitu berisi biskuit dengan produk wafer di dalamnya yang selalu menjadi incaran banyak orang. Atau berisi renggginang seperti yang terjadi selama ini, sampai-sampai menjadi trending hingga ke pelosok, jika kaleng Khong Guan isinya telah berubah menjadi rengginang.Â
Mungkin hanya kebetulan saja, jika kaleng Khong Guan isinya berubah menjadi rengginang. Ini mungkin saja terjadi, karena kaleng Khong Guan memiliki bahan yang sangat bagus, sehingga ketika biskuitnya sudah habis, kalengnya dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk apapun.Â
Kembali ke cerita hidangan, inilah yang saya alami. Misteri isi kaleng Khong Guan terjawab dengan tunai ketika perlahan-lahan saya buka penutup kaleng biskuit tersebut. Ternyata benar, isi dari kaleng biskuit ini masih utuh, dan sepertinya saya menjadi orang pertama yang menikmati biskuit ini. Isi kaleng ini masih tertata rapi dengan 14 varian biskuit beraneka rasa, dan wafer yang berada di tengah bagian kaleng inilah yang menjadi incaran saya.Â
Apa yang saya alami ini merupakan kebetulan saja, mungkin di tempat Anda, kaleng Khong Guannya masih juga diisi dengan rengginang. Kalaupun hal ini masih terjadi, tentunya bukan pula dimaksudkan rengginang untuk menggantikan takhta dari biskuit Khong Guan. Ini hanya sekedar cerita, bahwa isi kaleng Khong Guan yang saya temui masih original. Bagaimana dengan Anda? Semoga lebaran kali ini membawa berkah bagi banyak orang. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H