Halo Kompasioner, bagaimana kabar Anda sekalian? Apakah sedang menikmati sejuknya udara karena turunnya hujan? Atau sedang berusaha untuk membersihkan genangan air karena hujan? Semoga Anda sekalian terlindung dari segala penyebab terjadinya bencana, ya. Ada sedikit cerita yang akan saya bagikan saat ini.
Beberapa waktu lalu, saya mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam sebuah forum pendidikan yang diselenggarakan oleh tim pemenangan salah satu pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk pemilu 2024 ini.Â
Saya dihubungi oleh seorang koordinator tim sukses yang bertanggung jawab di salah satu bidang tersebut melalui pesan singkat. Permintaannya cukup menarik, yaitu untuk menjadi seorang panelis penanya dalam acara yang diberi tajuk gelar tikar tersebut.
Ketika saya menerima undangan tersebut, saya merasa senang dan bersemangat untuk berkontribusi dalam diskusi mengenai pendidikan, suatu aspek yang sangat penting dalam pembangunan negara. Saya menyusun pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan berpikir bahwa keikutsertaan saya dapat memberikan nilai tambah pada acara tersebut.
Saya mempersiapkan diri dengan baik, kemudian saya berangkat ke lokasi acara tersebut. Lokasinya lumayan berjarak dengan tempat tinggal saya. Namun, karena saya sudah memberikan kesanggupan, apapun yang terjadi, saya tetap harus berkomitmen untuk datang sebagai bentuk kontribusi dan sebagai penghormatan kepada yang mengundang saya.
Sesampainya di tempat acara, melalui panitia penerima tamu saya memperkenalkan diri dan mememinta bertemu dengan pengundang saya tersebut. Namun, salah satu panitia mengatakan si pengundang saya sedang berada di tengah partisipan yang hadir dan tidak membawa alat komunikasi, kemudian menyuruh saya menunggu terlebih dahulu.Â
Sesuatu yang tidak terduga terjadi. Meskipun saya telah menantikan momen tersebut dan telah menyiapkan diri dengan baik, saya tidak dipanggil oleh pembawa acara. Kekecewaan melanda saya saat menyadari bahwa kesempatan untuk berkontribusi dalam diskusi ini melewatkan diri.
Saya mencoba menghubungi koordinator tim sukses yang mengundang saya tadi untuk mencari penjelasan mengenai ketidakpartisan saya dalam acara tersebut. Namun, sayangnya, tidak ada jawaban memuaskan yang diberikan. Malah melemparkan alasan karena adanya salah pengertian antara penanggung jawab acara dan pembawa acara. Hal ini menimbulkan kekecewaan yang mendalam bagi saya.
Meskipun pengalaman ini mengecewakan, saya percaya bahwa setiap kejadian memiliki hikmahnya. Mungkin ada ketidakpahaman atau kekeliruan yang terjadi dalam komunikasi, atau mungkin ada perubahan mendadak dalam jadwal acara yang menyebabkan ketidaksesuaian. Hanya mereka yang paham hal ini.
Sebagai individu yang berkomitmen pada partisipasi aktif dalam pembangunan pendidikan, saya tetap terbuka untuk kesempatan berkontribusi di masa depan. Semoga kejadian ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak terkait dalam memastikan komunikasi yang jelas dan efektif, sehingga kejadian serupa tidak terulang di kesempatan mendatang.