Menonton beberapa adegan di film ini, mengingatkan saya pada film pendek dari Satyajit Ray berjudul Two (1964). Film yang sama-sama menampilkan seorang anak sebagai pemeran utama. Kesulitan yang ditemui sutradara ketika eksekusi dengan peran utamanya anak-anak tentunya mengarahkan ekspresi mereka. Menurut saya, Yusuf cukup berhasil yang memerlihatkan mimik wajah si anak untuk menambah kesan dramatik di beberapa close-up shot. Pemilihan palet hitam putih juga semakin menguatkan suasana keterasingan yang dialami si anak. Dan juga yang tidak kalah penting sebagai pembangun mood dalam film bisu atau film tanpa dialog ini ialah soundscape pedesaan yang dihadirkan Refal Albatati dan musik yang dicipta Adi Tangkilisan. Ketiga elemen itu sukses mengajak saya untuk lebih mendalami suasana hati si anak. Terbius dalam kemonotonan si anak yang bermain dalam sepi di tengah keterasingan di rumahnya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H