Jadi inget ucapan Om Budiman Hakim, kemarin. Saat itu kita sedang membahas cara bikin buku. Kebetulan beliau sudah mengalaminya. Sudah menulis puluhan buku. Mungkin sudah lebih 15 judul.
"Jadi bikin buku itu seperti merobek selaput perawan," Om Bud seringkali memberikan contoh dengan sesuatu yang ekstrim.Â
"Om Kenapa analoginya kok selalu ekstrim, " kataku.
"Iya analogi yang ekstrim biasanya gampang diiingat orang" jawabnya." Mengapa saya analogikan membuat buku dengan merobek selaput perawan? Di saat pertama kali membuat buku itu susahnya minta ampun.Â
"Namun percayalah, setelah itu engkau akan ketagihan. Bikin buku itu nyandu. Makanya saya membuat tagline sebelum mati buatlah minimal satu buku. Ini adalah trigger. Sebuah harapan setelah satu buku keluar atau selesai, saya yakin akan disusul buku-buku berikutnya," terangnya.
Ada dua jenis buku bila dilhat dari tema penulisannya. Yang pertama adalah buku dengan tema yang konsisten dan panjang. Buku dengan tema ini contohnya novel. Buku jenis ini memerlukan energy yang luar biasa besar dalam pengerjaannya. Dalam gaya menulis ini, kita harus mengambarkan tokoh secara konsisten. Alur yang runtut. Karakter yang terjaga. Tidak heran bila sedikit orang yang mau melakukan.
Yang kedua adalah buku dengan gaya penulisan bunga rampai atau kompilasi cerita pendek. "Jadi Biar nggak terlaku berat, bikin dulu tulisan-tulisan pendek di we site the writers, misalnya. Setelah kita punya kisaran 30 tulisan lantas dikumpulkan dan di layout. Dan jadi satu buku," begitu tips Om Bud yang diberikan bagi penulis pemula.
Untuk menjadi sebuah buku yang nyaman digenggam, memang diperlukan sekitar 100 halaman program MS Word. Yah... dikira-kira saja. Bila tulisan pendek kita sekitar 3-4 halaman MS word, berarti butuh 30 cerita. Bila kurang dari itu, berarti perlu 40 atau 50 tulisan pendek. Baru bisa menjadi satu buku dengan ketebalan 200an halaman.
Biasanya 100 halaman MS Word dengan spasi 1,5, bila sudah masuk program Desktop Publishing bisa menjadi 170-200 halaman. Ini bisa bertambah lagi bila diberi kata pengantar, endorsement, dan prakata.Â
Belum lagi ditambah halaman prelim, daftar pustaka atau profile penulis. Beberapa buku yang dijadikan sebagi personal branding, halaman belakang ditambah dengan portfolio penulis dan juga foto-foto kegiatannya. Kalau penulisnya seorang trainer, biasanya bagian belakang akan disertakan iklan traininnya.
Saya pernah punya pengalaman dimintai melayout sebuah buku dari penerbit nasional. "Mas karena naskahnya tergolong tipis, minta tolong untuk diakali layoutnya, ya. Biar bukunya bisa menjadi sekitar 200 halaman. Biar nyaman dipegang dan handy", begitulah alasan penerbit itu dalam WA saya. Dan memang begitulah triknya yang sering saya lakukan.