Mohon tunggu...
Andung Yuliyanto
Andung Yuliyanto Mohon Tunggu... profesional -

penikmat buku, pelaku grafis dan penyuka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Money

Faktor Unggul itu bernama ide...

28 Mei 2015   10:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:31 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Secara pribadi, saya lebih sreg dengan menganologikan ide itu ibarat oksigen, daripada seperti kentut. Meskipun ada kemiripan antara kentut dan oksigen. Sama-sama tidak kelihatan, sama-sama kalau nggak difungsikan biasa membuat kita sakit. Sama-sama baik untuk kesehatan. Juga keduanya, bisa sama-sama membuat plong…. Cuma bedanya belm ada kentut yang dikemas dan dijual. Kesan lainnya, oksigen, lebih posistif dan sopan, juga lebih keren dalam penyebutannya, agak berbau-bau western. Oksigen, bukan seperti bayangan kita. Oksigen disini, bukan berarti oksigen yang dialam bebas itu., tapi oksigen yang sudah dikemas dan dijual.Seperti yang dijual dalam rumah sakit atau yang dijual di Apotik . Sekadar informasi saja,Oksigen dengan ukuran kecil, diapotik, dijual dengan kisaran harga 30 ribu untuk 20 kali hisap. Wow … seru kan

Memang bagi orang yangyangsehat, kita tidak perlu beli oksigen, eh…ide, maksudnya. Tapi bagi yang sakit, baik orang maupun perusahaan, harus berani mengeluarkan uang lebih banyak untuk membayar mahal, sebuah ide. Ibarat obat, ide bagi perusahaan yang sakit adalah obat yang sangat mahal. Seperti antibiotic patent, bisa segera menyehatkan tubuh.

Ide memang gratis, seperti oksigen, tapi ketika sudah dikemas , dia tidak lagi menjadi menjadi murah. Coba kita amati, sebuah CD Music yang dijual di toko-toko itu, harganya rata-rata Rp. 60.000 kan ?, pernahkah kita bayangkan, berapa ongkos produksinya ?. Biaya produksi sebuah CD kisaran 3000-an. Murah banget ya ….

Jadi kalau kita melihat CD Music, hanya sebagai mass product, paling banter kita akan mampu menjual kisaran 6000 itu sudah luar biasa.Kalau kita hitungprofit sudah 100 persen. Sekadar info saja, bisnis retail rata-rata, kita mendapat keuntungan 10-20 %, itu sudah bagus. Dan kalau kita mau sedikit repot, kalau kita mampu mengolah bahan sendiri rata-rata 40% keuntungan yang didapat dari harga jual.Tapi kalau kita melihat CD Music, sebagai dokumentasi dari Ide, maka harga jualnya bisa hampir 20 kali lipatnya.

Pun seperti buku, kalau hanya dilihat harga produksinya, maka biaya produksi sebuah buku, tidak lebih dari seperempat harga jual. Tapi, ide dalam buku tersebut yang membuatnya mahal. Ada faktor unggul, begitu Bambang Trim, mengistilahkan. Karena factor unggul inilah yang membuat profit menjadi bisa tembus 1000 persen. Bisnis apa yang bisa seperti ini, selain bisnis kreatif ?

Konon Alvin Tofler, membagi tiga gelombang Ekonomi daln kehidupan manusia : Gelombang pertama adalah Ekonomi Agraris alias pertanian, periode ekonomi ini lumayan berlangsung lama, sampai ribuan tahun . Gelombang Ekonomi kedua adalah Eknomi Industri, dimulai dengan revolusi industri di prancis, ekonomi dunia digerakan oleh Industri, penciptaan mesain-mesin yang segede gunung. Gelombang ini tidak terlalu lama, kisaran 300 tahunan.Gelombang ketiga adalah Ekonomi Informasi, gelombang ini berakhir tahun 2000-an, hanya 30 tahuan-lah. Dan Diramalkan Gelombang ke empat adalah Ekonomi Kreatif.

Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep Ekonomi baru, yang mengandalkan ide-ide , imu pengetahuan dan kreatifitas yang dimiliki manusia, sebagai bahan bakar dan motor untuk menggerakkan kegiatan ekonomi di dunia.  Seru, ya….. teori Alvi Toffler ini.Dan Untunglah pemikiran ini bukan hanya diserap di Indonesia tapi juga sudah dibuktikan di seluruh dunia.

Saya senang, ketika Jokowi, dalam salah satu Nawacitanya, mengangkat Ekonomi dan Industri kreatif sebagai salah satu pilar untung meningkatkan pendapatan Negara.Memang belum sepenuhnya terbukti, tapi paling tidak sudah ada kesadaran akan penghargaan, atas karya kratifitas anak bangsa. Roadmap Ekonomi kreatif indonesia, sudah terbentuk dan telah dijabarkan dalam Buku, Pengembangan Ekonomi kreatif Indonesia 2025 – Karya Mari Elka Pangestu dan Indonesia Design Power. Buku ini dalam bentuk E-book, bisa diunduh gratis di web.

Sebuah kekuatan Ekonomi besar nyata terbentang. Saya yakin, mana ada sih orang yang tidak punya ide. Sama seperti Oksigen, setiap orang selalu punya ide. Kalau kesulitan, tinggal browsing saja, mulai dari status facebook, quote dari display picture bbm teman, juga dalam fans page pasti banyak ide. Kuncinya open mind, dan terus belajar, pasti ide akan didapat. Setelah didapat, bijaklah mengeloloa idemu. Jangan hanya dicatat, atau dikoleksi saja, tapi segera diwujudkan biar bisa jadi duit. Kalau kesulitan mengerjakan, yang kerjasamakan dengan orang lain, nggak tabu kok. Uniknya sebuah ide ,  jika satu ide ditambah satu ide, bukan dua ide tapi many more idea. Jadi hati-hati dalam mengelola ide (apapun) ..... karena berpotensi kaya ....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun