Jurnalisme multimedia tidak semata-mata muncul begitu saja, melainkan ada berbagai proses di dalam kemunculannya.
Jurnalisme multimedia menurut Deuze adalah presentasi berita yang terdapat di website dengan menggunakan dua atau lebih format media seperti tulisan, musik, gambar, animasi, dan hypertextual.
Kemunculan jurnalisme multimedia juga diakibatkan karena adanya perkembangan teknologi sehingga media dapat berbagi informasi di beberapa platform sekaligus.
Meskipun begitu, jurnalisme multimedia butuh waktu yang lama untuk akhirnya dapat dikenal dan digunakan saat ini. Berikut adalah sejarah perkembangan jurnalisme multimedia di dunia dan di Indonesia.
Sejarah Jurnalisme Multimedia di Dunia
Sejarah jurnalisme multimedia di dunia diawali dengan kemunculan mesin cetak pada abad 18 oleh Johannes Gutenberg, disusul dengan penemuan radio pada tahun 1920-an.
Kemudian pada tahun 1963, seorang mahasiswa sosiologi dari Harvard bernama Ted Nelson menemukan hypertext yang menjadi cikal bakal munculnya jurnalisme multimedia.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969 menciptakan ARPANET (Advanced Research Project Academy Network) untuk membantu pertahanan dalam menahan serangan nuklir. Nantinya, ARPANET akan menjadi cikal bakal dari internet.
Pada tahun 1971-1974 muncul beberapa macam teknologi baru, yaitu teletex dan videotex. Teletex pertama ditayangkan di televisi namun tidak interaktif dan sangat lamban. Dilain sisi, videotex menghadirkan aspek interaktif. Dengan begitu memunculkan persaingan antara teletex, videotex, dan komputer yang baru saja muncul.
Kemudian pada tahun 1990, Tim Bernes-Lee dari Inggris menemukan world wide web (www) pertama kali. Hal inilah yang kemudian memicu munculnya berbagai konten dan media baru dengan basis internet.
Sejarah Jurnalisme Multimedia di Indonesia
Perkembangan yang terjadi di dunia juga berdampak pada Indonesia. Masuknya internet pada tahun 1990 menyebabkan beberapa media cetak mulai beralih untuk ikut menggunakan media dengan basis internet, misalnya tempointeraktif.com (sekarang tempo.co), republika.com, dan kompas.com.
Namun media-media tersebut masih menggunakan salinan dari media cetak yang diunggah ke website mereka. Sampai akhirnya detik.com pada tahun 1998 menjadi pelopor untuk situs website dengan mengunggah berita baru yang menarik dan tidak bersumber dari media cetak.
Pengawasan orde baru yang sangat ketat terhadap media konvensional menimbulkan pergerakan media alternatif dengan basis internet yang menjadi tonggak munculnya jurnalisme multimedia. Hingga saat ini, media dengan basis internet masih terus berkembang di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H