"No man is an island entire of itself; every man is a piece of the continent, a part of the main."Â
Rangkaian kalimat tersebut merupakan pembuka dari puisi karya seorang pujangga Inggris bernama John Donne (1572-1631). Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial dan senantiasa membutuhkan relasi satu sama lain, tidak bisa berdiri sendiri. Interaksi menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia berkumpul, menciptakan populasi dalam sebuah ekosistem, dari hubungan inilah terjalin banyak transaksi ekonomi selaku penggerak aktivitas mencari nafkah. Maka ketika perilaku manusia dipaksa harus menjaga jarak guna mencegah penyebaran COVID-19 yang sejak dari akhir tahun 2019 melanda, akibatnya  menimbulkan kerugian besar bagi perekonomian.
Perkreditan, menjadi poin penting terhadap bisnis perbankan. Laksana pedang bermata dua, perkreditan memiliki dua sisi berbeda, menguntungkan jika semuanya terkendali atau lancar namun juga berpotensi merugikan  ketika kredit bermasalah. Dan sekali lagi COVID-19 memberikan masalah bagi perkreditan karena banyak sektor usaha menjadi kolaps.
Potret Perkreditan Pra COVID-19
Isu mengenai penurunan daya beli masyarakat dan sepinya aktivitas bisnis telah menjadi hal sensitif serta sering dibahas beberapa tahun belakangan ini.
Mulai dari perubahan model bisnis offline beralih ke online serta keluar masuk arus investasi selalu dihubungkan sebagai faktor pemicu ekonomi. Apapun dalihnya sebelum tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar di angka 5%.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun, perbankan masih menikmati porsi profit yang cukup baik dari perkreditan disamping tetap berupaya menggenjot fee based income. Tercatat pada 2019 perbankan meraup Rp 554.425 Miliar, bandingkan saja dari tahun 2016 yang mencapai Rp 474.705 Miliar.
Lantas ditinjau dari aspek Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), poin ini mendeskripsikan jika kredit perbankan sampai 2019 masih relatif terkendali karena peningkatan CKPN "hanya" sebesar 11,65% selama kurun 4 tahun.
Menggunakan istilah yang digunakan sebagai judul album-nya Bryan Adams, So Far So Good. Kurun waktu 4 tahun pra COVID-19, kredit perbankan tergolong tidak merisaukan, lantaran semuanya relatif terkendali. Namun badai COVID-19 nampaknya menjadikan sektor kredit memasuki masa kelam, layaknya ekonomi makro dan mikro yang turut tersungkur.
Kredit Merana Gegara CoronaÂ
Tahun 2020 penuh ketidakpastian, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2,19%. Pemerintah mengklaim pencapaian tersebut lebih baik dari triwulan III 2020, dimana kontraksinya lebih dalam yaitu -3,49%. Merosotnya gairah usaha dampak pandemi Corona berhubungan langsung terhadap perekonomian plus juga perkreditan. Ya, itulah kenyataannya.
Sampai dengan November 2020, penyaluran kredit bank kepada pihak ketiga bukan bank adalah Rp 5.447.481 Miliar, turun 6,38% dari pencapaian 2019. Artinya adalah dari poin ini sudah dapat disimpulkan jika kredit perbankan turut merasakan kelesuan.