Dan para pelaku usaha masih menantikan langkah konkret pemerintah guna memperbaiki pertumbuhan ekonomi yang masih terpaku di angka 5%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5% memang berada di atas pertumbuhan ekonomi global yang hanya mencapai 3%, namun kondisi ini tidak serta merta terasa mulus untuk dunia usaha dalam negeri.
Invetasi yang digadang-gadang dapat menggerakan perekonomian ternyata tidak terlalu terasa untuk mendongkrak daya beli dan konsumsi.Â
Hal tersebut disinyalir investasi yang masuk ke Indonesia banyak menggarap industri padat modal, bukan industri padat karya yang menyerap tenaga kerja masyarakat. sehingga pertumbuhan indutstri manufaktur tergolong sepi. Hal itu menjadi efek domino kepada kekuatan daya beli dan konsumsi masyarakat.
Solusi Bagi Perbankan
Pertumbuhan kredit korporasi sepanjang tahun 2019 masih didominasi oleh aktivitas pembangunan dari Pemerintah, terutama terkait pengadaan infrastruktur. Sementara kalangan swasta kontribusinya tergolong lebih sedikit.
Tentunya ini bukan kondisi menggembirakan bagi perbankan, perlu upaya untuk menanggulangi agar kondisi ini berlarut-larut. Karena bagaimana pun pertumbuhan perbankan terkait dengan kondisi positif atau negatif iklim usaha di Indonesia.
Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan menjadi 5%, tentunya hal ini diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan kredit. Pihak swasta bisa mendapatkan keringanan dari biaya bunga kredit, dan tren penurunan suku bunga diprediksi akan berlanjut.
Sementara bagi bank, perlu upaya lebih serius untuk menetapkan arah bisnis ke depan. Rencana Bisnis Bank perlu dikaji lebih dalam segmen pasar potensial seperti apa yang memungkinkan untuk mendorong pencapaian kinerja kredit secara optimal.