Tentunya turunnya kredit memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja bisnis bank, dalam hal ini adalah pendapatan bunga karena menjadi komponen untuk menentukan laba rugi bank. Semakin besar jumlah kredit yang terealisasi maka pendapatan bunga juga akan semakin besar, demikian sebaliknya.
Penyaluran kredit memasuki awal periode semester 2 pada Juli 2019 masih terseok, data Bank Indonesia mencatat sektor ekonomi yang selama ini menjadi tumpuan kontribusi pertumbuhan kredit turut lesu, yaitu Industri Pengolahan, Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran. Dan patut menjadi perhatian pula jika ketiga sektor menjadi tumpuan utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Proyeksi pertumbuhan kredit pada Desember 2019 akan mencapai 9,7%, kondisi ini menggambarkan sedikit rasa pesimis karena sebelumnya perbankan memperkirakan pencapaian kredit di tahun 2019 akan mencapai 11,2% yoy.
Mengapa Pertumbuhan Kredit Melambat?
Pertumbuhan kredit terhambat karena rendahnya permintaan kredit kategori korporasi, tetapi jika ditinjau lebih dalami faktor penyebab pelambatan pertumbuhan kredit terjadi karena faktor eksternal dan juga internal.
Faktor Eksternal
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Cina (RRC) membuat banyak pelaku usaha pada akhirnya ikut terkena dampak, karena banyak perusahaan besar di Indonesia memiliki keterkaitan hubungan bisnis dengan kedua negara tersebut, akibatnya aktivitas perdagangan ekspor impor terbawa arus pelemahan ekonomi global.
Masih dari efek global, keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau peristiwa Brexit turut menambah runyamnya ekonomi dunia. Uni Eropa (UE) selaku kekuatan ekonomi setelah AS dan RRC masih mengalami trauma pasca krisis ekonomi 2008, dan pada tahun 2016 ternyata Inggris selaku salah satu kekuatan ekonomi UE memutuskan pisah dari UE. Bahkan di tahun 2019, dikabarkan ekonomi Jerman mulai lesu akibat ketidakpastian global.
Faktor Internal
Memasuki tahun politik yaitu tahun 2019, perekonomian Indonesia sempat agak tersandera oleh pengaruh kondisi sosial politik yaitu adanya Pemilu 2019, namun pasca Pemilu ternyata gonjang-ganjing politik masih menjadi arus yang ikut menggoyang stabilitas ekonomi nasional.Â