Semua orang pasti menyukai jika sudah menyangkut urusan murah meriah tetapi renyah. Suatu siang di sebuah warung yang menjual aneka makanan dari mie, nampak seorang salesman kerupuk hendak mengisi ulang kerupuk. Setelah sisa kerupuk dikeluarkan dari kaleng, sang salesman dengan sigap memasukan kerupuk baru ke dalam kaleng.
Kemudian, kaleng tersebut digantung kembali, dijajakan untuk memikat selera para pengunjung warung. "Sisanya ada 8 bos." Seru sang salesman, lantas pemilik warung mie menghitung uang dan membayar kerupuk. Pemilik warung menyahut, "Kerupuk perlu ada supaya bikin pelanggan semakin berminat makan, harganya juga murah."
Itulah aktivitas transaksi yang terjadi, jual-beli kerupuk, makanan pelengkap yang disukai semua orang. Bagi masyarakat Indonesia kerupuk seperti sudah menjadi syarat tambahan wajib dalam urusan kuliner, maka tak mengherankan di semua restoran atau warung makan, kerupuk dengan mudah dijumpai.
Tekstur kerupuk renyah dan rasanya gurih, karena hal ini pula kerupuk menjadi makanan favorit semua orang. Masalah harga, tidak menguras isi kantong. Dengan demikian, kerupuk menjadi makanan yang dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat.
Menurut pakar kuliner Fadly Rahman, dokumentasi mengenai kerupuk telah ada sejak abad 9 atau 10, tercantum di suatu prasasti. Pada catatan tersebut disebutkan mengenai kerupuk rambak atau kerupuk dari kulit sapi.
Sangat memungkinkan kerupuk sudah lebih lama dinikmati oleh masyarakat pada masa lampau, tetapi yang jelas dari tinjauan tersebut dapat disimpulkan bahwa kerupuk adalah makanan yang tetap digemari dari masa ke masa.
Kemudian kerupuk menyebar ke daerah Kalimantan, Sumatra bahkan sampai ke Semenanjung Melayu. Hal ini ditemukan dalam dokumen Melayu dari abad 19 yang ditulis oleh Abdul Kadir Munsyi.
Konsep Bisnis KerupukÂ
Lantas bagaimana bisnis kerupuk di kalangan masyarakat pada umumnya? Jika berbicara bisnis makanan ringan seperti kerupuk, maka bisnis ini tergolong sebagai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dapat dimulai dengan modal yang tergolong kecil dengan kapasitas produksi dan jangkauan distribusi yang terbatas.
Kerupuk dapat diproduksi dalam ruang lingkup industri rumah tangga. Ini dilakukan jika usaha baru dirintis, dengan tenaga kerja dan pemasaran yang dirangkap. Jika kapasitas usaha mulai berkembang, maka tenaga kerja untuk produksi juga ditambah dan terpisah untuk tenaga pemasaran.
Tak jarang usaha kerupuk dimulai dari usaha rumahan, kemudian berkembang menjadi pabrik sederhana.
Kerupuk dalam skala produksi menengah dapat diproduksi langsung di suatu pabrik sederhana, atau menggunakan sistem kerja sama, dimana pembuatan kerupuk melibatkan beberapa pengrajin lain yang skalanya lebih kecil. Kemudian para pengrajin tersebut menjual kerupuk mentah yang telah dibuat kepada pengrajin yang skalanya lebih besar. Hubungan kerja dan produksi seperti ini telah berlangsung di beberapa sentra penghasil kerupuk di Indonesia.