Selamat berakhir pekan untuk semua rekan di kompasiana.
Ini tulisan saya sehubungan dengan rasa ingin tahu saya dan kebingungan saya sebagai awam di dunia penerbangan yang canggih ini.
Setelah saya berkomentar di artikel Mas "Leonardo Sandan" yang berjudul "Sedikit Penjelasan Bahaya Menggunakan Handphone dan Alat Elektronik dalam Pesawat Terbang", saya merasa masih belum mendapatkan jawaban yang tepat atas pertanyaan saya.
Betulkah menggunakan HP di pesawat terbang berbahaya ?
Membawa benda tajam, cairan kimia, narkoba, senjata api, benda mudah terbakar dan lain lain di dalam pesawat  jelas berbahaya, buktinya ketika kita mau masuk ke dalam bandara, seluruh bawaan kita diperiksa melalui mesin "x ray" canggih, sehingga terlihat semua isinya, jika diketemukan benda berbahaya, langsung diminta petugas untuk dikeluarkan dari tas, dan diproses lebih lanjut, entah disita atau ditangkap polisi.
Saya pernah mengalami, membawa cat semprot, ketika terdeteksi di mesin "X ray", langsung disita dan saya hanya bisa pasrah.
Saya juga pernah mengalami ketika ikut wisata ke Istana Presiden di Jakarta, ini di luar isu penerbangan. Petugas Paspampres begitu tegasnya melarang menghidupkan HP, semua dilihat satu persatu, harus MATI, tidak "silent mode" atau " vibrate mode", tapi HARUS MATI. Padahal ini cuma menyangkut "KEWIBAWAAN" simbol negara.
Nah, saya sekarang jadi bingung sendiri.....
Andaikata memang penggunaan HP berbahaya untuk penerbangan, apa yang telah dilakukan orang orang berpendidikan tinggi di dunia penerbangan ?
Ini menyangkut nyawa ratusan penumpang, seharusnya peraturan ditegakkan tidak hanya dengan HIMBAUAN atau LARANGAN tertulis atau lisan, tapi seharusnya HP diperlakukan seperti senjata api, bahan kimia, zat mudah terbakar, pisau dan lain lain.
Suatu hari di Bandara Soeta, saya menuju pintu terminal paling depan, tiket saya diperiksa oleh petugas bertampang judes, lalu saya diarahkan untuk meletakkan semua bawaan ke dalam mesin "X ray", meletakkan semua HP ke baki, setelah itu saya sendiri masuk ke mesin pendeteksi logam, jika masih berbunyi, saya disuruh maju ke depan, angkat kedua tangan, lalu petugas bertampang judes memeriksa teliti dengan alat pendeteksi logam, oh ternyata ban pinggang saya yang bunyi.