Semakin hari rasanya makin "hareudang" saja cuaca, begitu kalo orang sunda bilang gerah, saya yang tinggal di kota Bandung seringkali mengerenyitkan kening menahan panasnya cuaca. Padahal dulu kota Bandung dikenal dengan hawanya yang sejuk dan dingin. Yah, mungkin sekarang pengaruh pemanasan global sudah mulai merambah kampung halamanku ini. Pada bulan agustus 2009 tahun lalu, saya membaca sebuah artikel pada majalah National Geographic Indonesia mengenai Ruang Hijau di Atas Kepala, muatannya sangat menarik dan disajikan secara apik oleh Merlyn Klinkenborg, seorang penulis yang juga merupakan anggota The New York Times Editorial Board. Setelah selesai membaca, wah, luar biasa saya hanya bisa berdecak kagum sampai berulang kali membolak-balikan halaman artikel tersebut, terutama karena gambar-gambarnya yang memikat. Sampai terbersit dalam imajinasiku untuk membuat satu perusahaan yang khusus melayani dan mengembangkan hal serupa untuk diterapkan di kota-kota besar di Indonesia. Dengan product specialization dan sedikit sentuhan marketing, saya berfikir usaha ini bisa menguasai pasar mengingat entry barrier level yang cukup tinggi sehingga pesaing akan merasa enggan untuk memasuki industri ini. Namun sampai dengan saat ini ide tersebut hanya bersemayam dalam benak dan fikiran saya tanpa terbayang kapan dapat terealisasi. Daripada begitu lebih kubagi ide ini dengan kawan-kawan kompasianer, siapa tahu ada yang tertarik dan mulai menekuni bisnis ini, toh nanti saya juga yang dapat mengagumi keindahan hasil karyanya dan juga turut menghirup hawa segarnya. Berikut adalah beberapa ilustrasi gambar atap hijau berupa tanaman yang ditanam di atas berbagai macam media: [caption id="attachment_75294" align="alignleft" width="300" caption="Atap hijau di atas rumah"][/caption] Pertama: atap hijau di atas rumah. Saya atau kompasianer sekalian tidak akan tahu tren penanaman rumput atau cocor bebek di atas atap rumah akan seperti apa di masa yang akan datang. Tentu saja kita tak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan mengatakan tidak ada alasan bagi siapapun untuk menanam cocor bebek di atas genting seperti halnya kesalahan yang dilakukan oleh Keneth H. Olsen, presiden Digital Equipment Corp yang mengatakan “There is no reason for individuals to have a computer in their home”. [caption id="attachment_75396" align="alignright" width="300" caption="Atap hijau di atas gedung"]
[caption id="attachment_75511" align="alignleft" width="210" caption="Atap hijau di atas halte"]
[caption id="attachment_75513" align="alignright" width="210" caption="Atap hijau di atas Bis Kota"]
Salam Lestari,
Andry Gumilar Ramadani
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI