Mohon tunggu...
Andry Gumilar Ramadani
Andry Gumilar Ramadani Mohon Tunggu... -

"Never increase, beyond what is necessary, the number of entities required to explain anything." William of Ockham (1285-1349)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tak Usah Bermimpi untuk Mengubah Dunia...!

28 November 2010   03:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:14 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_75006" align="alignleft" width="240" caption="World in the palm of your hand"][/caption] Saya masih ingat catatan ini saya baca  pada sebuah halaman dalam buku tipis yang terlihat murahan dan sudah agak usang lebih dari 10 tahun lalu yang berisikan kalimat-kalimat motivasi, entah bagaimana buku itu bisa ikutan nimbrung ditumpukan buku-buku lain di gudang belakang rumah. Sedikit membosankan sebetulnya, tapi anehnya beberapa kalimat masih selalu terngiang seperti bersenandung pada saat-saat tertentu dimana saya merasa sedang kebablasan dalam merencanakan dan berfikir terlalu jauh tentang ini itu... Iseng-iseng saya coba googling dengan memasukkan beberapa kata kunci. Walhasil, terdapat beberapa versi terjemahan yang berbeda namun maksudnya tetap sama, mungkin karena sudah tergerus waktu dan catatan semacam ini tak punya perawi yang bisa dipertanggungjanabkan ^_^. Konon catatan ini tertulis pada batu nisan Westminster Abbey, seorang arsitek asal inggris di penghujung abad 11. Seperti yang pernah saya ingat, isinya masih seperti yang tertulis dibawah ini. Judulnya saya buat sendiri sesuai kesan yang saya dapatkan dan terutama agar lebih menarik minat pembaca yang budiman, mengingat judul aslinya pun sudah kabur. Semoga bermanfaat 'n cekidot....! ***** Ketika aku masih muda, aku bermimpi untuk mengubah dunia. Namun, kudapati sangatlah sulit untuk mengubah dunia, kemudian kucoba untuk mengubah negeriku saja. Tatkala kusadari aku tak mampu mengubah negeriku sendiri, aku pun mulai berfikir untuk memperbaiki kotaku. Aku gagal mengubah kotaku, ...dan diambang usiaku yang senja aku mencoba untuk membenahi keluargaku yang telah terabaikan. Namun aku kembali gagal. Sekarang, Sementara aku tergolek lemah menanti ajal, aku sadari satu-satunya yang bisa kuubah hanyalah diriku sendiri. Seandainya saja dulu yang pertama-tama kuubah adalah diriku sendiri, mungkin aku dapat menjadi teladan bagi keluargaku. Berkat dorongan dari keluarga, bisa jadi aku telah membawa perubahan terhadap kotaku. Kemudian dampaknya mempengaruhi negeri. Kemudian siapa tahu, dengan begitu aku dapat mewujudkan impianku untuk mengubah dunia... ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun