[caption id="attachment_168549" align="aligncenter" width="576" caption="Duo korea di bangku cadangan Fc Basel, Park Jo-Hoo (Korsel) sebelah kiri, dan Pak Kwan-Ryong (Korut) di kanan (sumber : www.espn.com)"][/caption] Usai sudah sepak terjang FC Basel di ajang liga champhions musim 2011/2012 kali ini, meski berhasil mengalahkan Bayern Munich di kandang pada leg I, mereka tak kuasa menghadang laju keperkasaan tim The Bavarian di Allianz Arena dengan skor 0 - 7 di leg II. Meskipun kalah, kiprah tim asal swiss tersebut khususnya  musim ini sangat mengagumkan, salah satunya adalah dengan mengalahkan MU di old Trafford dengan skor 3 - 2 di babak penyisihan grup. Selain mempertontonkan sepakbola kolektif, cerita menarik lainnya tentang FC Basel sebagai tim penuh kejutan di eropa pada musim ini (2011/2012), adalah bersatunya dua pesepakbola dari dua negara bertetangga yang tak kunjung reda ketegangan politik antar keduanya : Korut dan Korsel. Pesepakbola yang dimaksud adalah Park Joo-Ho (Korsel) dan Pak Kwang-Ryong (Korut). Kedua pemain Korea tersebut tiba di Basel dalam waktu yang berbeda di bulan Juni 2011. Pertama yang datang adalah Park, berposisi sebagai bek kiri dibeli dengan harga 500.000 euro dari klub Liga-J jepang. Lima hari kemudian, Basel mengumumkan perekrutan Pak Kwang-Ryong asal Korea Utara, berposisi sebagai striker, dibeli dari klub divisi dua Swiss, FC Wil. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari perekrutan keduanya, namun melihat asal negara keduanya adalah sebuah pilihan sangat berani dari manajemen FC Basel. Meski Pak Kwang-Ryong (Korut) memperlihatkan hasil-hasil yang sangat memuaskan pihak manajemen klub selama trial dengan Basel U-21 tetap saja pembelian dirinya setelah resmi mendatangkan Park Joo-Ho (Korsel) adalah pilihan berisiko yang dilakukan manajemen FC Basel. Bagi kedua negara Korea yang bermusuhan dan dipisahkan oleh perbatasan dunia yang paling bergejolak, akan ada konsekuensi berat bersahabat atau bahkan berkawan dengan seorang musuh dalam hal ini negara tetangga. Sebenarnya perang maupun permusuhan antar kedua negara telah diakhiri dengan ditandatanganinya gencatan senjata pada tanggal 27 Juli 1953, tetapi perjanjian damai tersebut tidak pernah meredakan konflik kedua negara, secara teknis, kedua negara tetap berperang. Khusus di negara komunis Korea Utara, orang-orang yang diduga melakukan kontak dengan warga Korea Selatan, menurut Human Rights Watch World Report 2012, akan dihukum penahanan atau dimasukkan ke dalam kamp kerja paksa dengan makanan dan obat-obatan seadanya, kondisi kerja yang keras, dan penganiayaan oleh penjaga kamp. Meskipun Korea Selatan adalah negara demokrasi dengan kebebasan jauh lebih baik akan tetapi adanya UU keamanan nasional Korsel menjadi pembatas hubungan dengan Korea Utara. Melihat permusuhan kedua negara tersebut singkatnya, seharusnya tidak boleh terlihat warga Korea Selatan dan Korea Utara berada bersama dalam sebuah klub. Seperti yang ditulis oleh Michael J. Agovino penulis buku best seller "The Bookmaker : A Memoir of Money, Luck, and Family From the Utopian Outskirts of New York City." kepada espn.com (http://espn.go.com/sports/soccer/story/_/id/7661034/fc-basel-korean-contingent-form-bond-their-north-south-divide-michael-agovino) gambaran tentang hubungan keduanya selama memperkuat FC Basel Swiss di musim ini. Ketika FC Basel mengadakan pemusatan latihan pada jeda musim dingin bulan januari 2012 di spanyol, para juru foto yang meliput pertandingan persahabatan melawan Feyenord berhasil mengabadikan  momen yang sebenarnya tidak boleh terjadi, duduk berdampingan di bangku cadangan, melakukan peregangan dan tampak berbasa-basi, Park (Korsel) dan Pak (Korut). Sesuatu yang tidak mengherankan, karena mereka adalah rekan setim. Akan tetapi jika diperhatikan secara seksama gambar atau foto yang direkam oleh kamera  wartawan terhadap kedua pemain tersebut nantinya akan menyinggung permasalahan geopolitik kedua negara asal pemain tersebut. Namun, kenyataan berkata lain, keduanya tidak hanya rekan setim, tetapi juga bahu membahu bekerja menuju tujuan bersama memberi kemenangan bagi FC Basel. Sejak  kematian Kim Jong-Il dan setelah rentetan hasil mengecewakan FC Basel sebelumnya, merebak kegelisahan dalam tim terhadap perkembangan situasi semenanjung korea. Sepak bola adalah kebersamaan meskipun diucapkan dalam bahasa apaun. Pada akhir bulan Juni 2011 lalu, FC Basel memainkan pertandingan ujicoba pra-musim melawan tim amatir di sebuah kota Bavaria dekat perbatasan Austria. Penyerang mereka asal Korea Utara mencetak empat gol, dimana gol yang terakhir, pada menit ke-72, lahir dari assist pemain Korea Selatan. Setelah gol tersebut, duo Korea, rekan setim yang baru bergabung bersama selama beberapa minggu saja, melakukan apa yang para pemain sepak bola layaknya lakukan ketika mereka merayakan sebuah gol : Mereka saling berpelukan. Gambaran tersebut sangat sulit terjadi dalam sepakbola negeri kita, PSSI dan KPSI saling adu argumen dan alasan siapa yang paling berhak menjadi pengelola kompetisi, yang jadi korban adalah kita para penggemar sepakbola dan timnas, hasil mengecewakan di Bahrain dan Brunei harusnya membuka mata mereka untuk duduk bersama menyelesaikan konflik, seperti halnya duo korea di Basel, Swiss.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H