Akhir-akhir ini (sepertinya) penyakit malas sedang menguasai dunia. Malas ke kampus. Malas urus nilai. Bahkan malas kerja tugas akhir. Mungkin ini penyakit kronis yang menimpa mahasiswa semester akhir.
Kuputuskan untuk menelpon ummiku. Mungkin saja beliau bisa memberi motivasi penghilang kemalasan ini.
“Halo, Assalammualaikum,” (semua percakapan dalam bahasa Muna, tetapi sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia)
“Walaikumsalam, ini saya Arif (karena nomor baru), sedang apa ?
“Sedang menonton televisi nak. Kamu sekarang ada di mana? Rumah atau Mesjid Kampus?
“Di rumah, sedang ingin fokus kerja proposal “
“Ooo, baguslah. Merupakan kebangaan tersendiri juga itu kalau kamu wisuda cepat “
“Sebenarnya ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan mama. Mata Kuliahku sudah selesai semua, tinggal skripsinya ini. Tapi sebenarnya saya sedang didera penyakit malas “
Ini banyak juga dialami mahasiswa lain “ lanjutku mencari pembenaran.
“Aduh, tidak bisa seperti itu nak. Pikirkan biaya yang sudah keluar untuk kuliahmu.
“Iya, makanya saya butuh nasehat dan motivasi dari Mama. Jadi tolong motivasi anakmu ini biar tidak malas lagi.
Lama……
Mamaku terdiam……
“Nak, kalau kamu bisa wisuda bulan 4, saya restui kamu menikah bulan 5. Tapi syaratnya, uang maharnya jangan lebih dari 5 juta.
“Iya, bisa ji. Insya Allah.
Rasanya hati ini senang sekali mendengarnya. Semakin dekat kesempatan menyempurnakan agama ini.
Senang yang juga diliputi rasa khawatir.
Adakah yang mau dengan hanya 5 juta dijaman yg serba mementingkan materi seperti sekarang ini ?
Kekhawatiran ini semakin besar saat mendengar mahar kawin salah seorang ikhwah mencapai puluhan juta.
Ya Allah, kalau ternyata dia jauh, maka dekatkanlah
Kalau dia dekat, maka rapatkanlah, semoga yang dekat itulah yang terbaik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H