Langkah selanjutnya yaitu kepemimpinan, dimana kepemimpinan yang efektif diperlukan untuk menginspirasi dan memotivasi semua pihak yang terlibat. Dalam konteks energi terbarukan, pemimpin harus mampu mengkomunikasikan pentingnya transisi
energi dan menggerakkan perubahan. Teori kepemimpinan situasional dapat diterapkan dengan menyesuaikan tingkat kematangan tim dan kompleksitas tugas.Â
Dan langkah terakhir yaitu pengendalian yang melibatkan pemantauan dan evaluasi terhadap proses dan hasil yang dicapai. Dalam kasus PLTS, pemerintah perlu menetapkan indikator kinerja utama (KPI) untuk mengukur efektivitas proyek, seperti jumlah energi yang dihasilkan dan pengurangan emisi karbon. Pendekatan manajemen kualitas total (TQM) bisa digunakan untuk terus meningkatkan kualitas dan efisiensi proyek.
Integrasi fungsi manajemen POLC dalam perencanaan keamanan energi di sektor publik Indonesia merupakan kunci untuk mencapai tujuan energi yang berkelanjutan. Dengan pendekatan yang terstruktur dan adaptif, Indonesia dapat memastikan keamanan energi yang tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi juga melindungi lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H