Mohon tunggu...
Eka A Mahmudi
Eka A Mahmudi Mohon Tunggu... -

aku tidak punya segunung emas yang bisa kuberikan padamu, aku tidak punya cahaya kecantikan ratu balqis yang membuatku sejajar bersanding denganmu, aku juga tidak punya otak einstein yang bisa memberikan solusi terhadap setiap masalahmu tapi aku hanya punya segores senyum dan secuil ketulusan untuk jadi sahabat yang selalu ada untukmu meski aku hanya bisa menghapus air matamu hanya dengan sepotong kalimat, "tenanglah sahabatku, aku akan selalu ada untuk menguatkanmu..." kata seorang sahabat begini, " sesungguhnya cinta itu wujud dari satu pertemuan dengan sepuluh pertanyaan, seratus keyakinan dan seribu kali pengorbanan serta berjuta-juta kali perjuangan dengan satu keikhlasan atas keridhoan ALLAH, andai seseorang MENCINTAIMU dengan setulus hatinya maka ukirlah di atas batu agar ia selalu di hati dan kekal sebagai memori terindah dan seandainya seseorang MENYAKITIMU maka tulislah di atas pasir agar ia hilang ditiup angin kemaafan..." dan kata seorang sahabat yang lain begini, "rasa KEHILANGAN hanya akan ada jika kau merasa pernah MEMILIKI..." Its OK bro apapun kata orang, gimana kata hatimu...pesan andros cuma satu jangan pernah meletakkan hatimu, karena akan rentan terjangkit penyakit tak bernama...meski kita tahu bahwa sakit baik untuk tahu bagaimana cara bersyukur ketika sehat, pahit baik untuk dapat merasakan manis, serta dzikir dan istighfar adalah obat bagi orang-orang yang lupa... satu nama dua nama tiga nama dan entah berapa nama lagi pergi menghilang dan mati karena terjangkit "penyakit tak bernama" Ya ALLAH...kering sudah air mata menyaksikan dunia yang makin "tak jelas" ini...Selamatkanlah hamba-hambaMU yang masih tersisa di jalan "bukan tak berbatu" ini ya ALLAH dan tumbuhkanlah seribu dari satu yang berguguran...amin Keep On Jeehad...Allahuakbar...!!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Takziyah

24 Agustus 2010   02:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:46 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berapa jam waktu kita habiskan di jalan? Berapa banyak orang yang kita temui di jalan? Dari sekian itu berapa banyak orang tak dikenal yg kita doakan? Pernahkah kita lelah berdoa karena doa kita tak lekas dikabulkan, lalu menyederhanakan permintaan kita? Pernahkah kita mendoakan untuk kebaikan orang-orang yang menyakiti kita, yang dzolim terhadap kita, atau yang kita benci...? Saudaraku, mari duduk bersamaku di sini. Lihat jenazah itu, kaku dan bisu. Waktunya untuk berdoa telah tertutup.. Saudaraku, berdoalah sampai habis masanya dan jangan pernah lelah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun