Barangkali, perempuan telah menyimpan dendam yang terlalu lama kepada lelaki.
Semenjak berabad-abad lalu, ketika Hawa dikambinghitamkan sebagai biang kerok terusirnya Adam dari surga akibat menuruti bujuk rayu Iblis untuk memakan buah yang sudah diwanti-wanti Tuhan agar mereka tidak memakannya.
Dahulu banyak bayi perempuan dikubur hidup-hidup. Kelahirannya dianggap sebagai aib dan tak dapat meneruskan garis keturunan dari laki-laki. Keberadaan mereka hanya dianggap sebagai pembantu para lelaki dalam mengurus bumi Tuhan ini. Hak-hak nya dibatasi. Tak diperbolehkan untuk memimpin, karena dianggap lemah. Hak waris pun demikian, mereka hanya mendapat setengah dari hak waris laki-laki. Bahkan tak ada perempuan yang diklaim sebagai nabi, seberapa suci dan benarpun. Dan Tuhanpun juga seringkali digambarkan dengan sosok laki-laki. Perempuan sekali lagi hanyalah manusia kelas dua, tak lebih unggul daripada laki-laki. Bahkan dianggap sederajatpun tidak.
Mereka seringkali dijadikan objek penindasan. Bahkan diremehkan. Dijunjung hanya untuk urusan syahwat.
Makhluk yang konon diciptakan dari tulang rusuk lelaki ini pun tak kunjung diam dan mengalah. Dendam yang telah tersimpan berjuta-juta tahun pun telah mengkristal menjadi suatu energi besar. Energi yang siap mereka gunakan untuk membalas perih yang mereka alami.
Lihatlah ketika Cleopatra membuat raja romawi jenius bernama Julius Caesar bertekuk lutut, Romeo yang rela meneguk racun demi cintanya kepada Juliet, Majnun yang gila karena mencintai Layla, serta Ken Arok yang tega membunuh suami Kendedes karena terpikat oleh kecantikannya. Manusia yang dianggap lemah dan tak berdaya telah menaklukan para tokoh besar.
Mereka semacam sedang membuktikan kepada dunia, bahwa perempuan bukanlah manusia kelas dua. Dan pantas disederajatkan dengan laki-laki. Atau bahkan lebih tinggi. Ataukah barangkali Tuhan juga baru menyadari betapa pedihnya hidup perempuan lalu Ia memberi mereka kekuatan untuk memberikan pelajaran kepada laki-laki atas apa yang diperbuatnya sejak berabad-abad silam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H