Mohon tunggu...
Fadil Al Kafi
Fadil Al Kafi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Religion, Liberte, Egalite

Pelajar abadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekayaan Duniawi Menurut Sudut Pandang Islam

18 Februari 2021   12:11 Diperbarui: 18 Februari 2021   12:22 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Umat Muslim dewasa ini, pasti sudah sering mendengar seruan-seruan dari para ulama yang menyatakan bahwa kekayaan dunia bukanlah segalanya atau jangan sampai kita dilalaikan oleh kemewahan. Tentu saja seruan tersebut tidaklah salah karena dunia yang kita tinggali sekarang memang tidaklah kekal dan merupakan fase yang penuh dengan beragam ujian, salah satunya adalah kekayaan. Bahkan, Allah Swt secara tegas telah memperingatkan hal tersebut, salah satunya dalam Alquran Surah At-Takasur Ayat 1 yang artinya, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.”

Sayangnya, banyak dari umat Muslim yang salah dalam menafsirkan seruan-seruan tersebut. Muncul doktrin-doktrin menyesatkan seperti, “Tidak apa-apa miskin di dunia yang penting kita nanti berjaya di akhirat.” Akibatnya, tumbuh sikap malas dalam berusaha semaksimal mungkin mengejar kesuksesan dan kekayaan duniawi serta hanya fokus terhadap ibadah yang sifatnya vertikal semata seperti salat. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab mengapa peradaban Islam saat ini tertinggal dari peradaban barat khususnya dalam hal ekonomi. Padahal, jika kita menengok era kejayaan Islam pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, mencari orang miskin yang berhak menerima zakat merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan karena umat Muslim saat itu hidupnya makmur dan berkecukupan.

Dalam Al-Baqarah Ayat 110 sendiri, Allah Swt berfirman, “Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.” Ayat tersebut, secara tersirat memberitahukan bahwa seorang Muslim yang baik adalah orang yang dapat menyeimbangkan antara urusan dunia dengan akhirat dan tidak berat sebelah. Artinya, peringatan Allah Swt mengenai urusan dunia bukan berarti kita jangan terlalu serius dalam mengejar kesuksesan dan kekayaan duniawi. Umat Muslim wajib serius dan semangat dalam mengejar urusan dunia sama semangatnya seperti mengejar kebahagiaan di akhirat.

Kesuksesan dan kekayaan duniawi memang bukan segalanya dan harus dilampaui. Tegaskan kata DILAMPAUI, maksudnya urusan dunia tetap wajib umat Muslim kejar, bukan sebagai tujuan akhir, namun untuk dijadikan alat yang memudahkan kita meraih kejayaan di akhirat kelak. Selain itu, mustahil bagi umat Muslim saat ini untuk kembali ke era kejayaannya jika masih banyak dari kita yang miskin spirit untuk sukses di dunia.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun