Mohon tunggu...
Androecia Darwis
Androecia Darwis Mohon Tunggu... Penulis - Social Worker

Androecia Darwis adalah seorang pensiunan bankir yang memiliki hobi menulis. Ia sangat tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan hubungan sosial dalam masyarakat dan sering menulis tentang hal tersebut. Selain menulis, Androecia juga memiliki hobi travelling dan mendengarkan musik meskipun tidak pandai bernyanyi. Ia sering mengunjungi berbagai tempat sebagai sumber inspirasi untuk tulisannya. Meskipun telah pensiun dari dunia perbankan, Androecia tetap produktif dalam berkarya dan mengasah kemampuan menulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Di Remang Cahaya Kota Budapest

2 September 2023   12:09 Diperbarui: 2 September 2023   21:39 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Di luar jendela Bus cuaca terlihat gelap,  tak ada lagi terlihat kincir-kincir angin berjejeran sepanjang jalan yang baling-balingnya selalu berputar tertiup angin. Tak tampak lagi pepohonan kering dengan daun berguguran.  Malam telah tiba,  sementara Bus dengan tenang menapak jalanan basah sisa hujan sebelumnya. Budapest sudah terlihat di depan, duhai mata tetaplah membuka hindari kantuk yang mendera, karena kami telah tiba. 

Budapest adalah Ibukota Hungaria, dulunya adalah negara komunis. Apa yang kita bayangkan tentang sebuah negara komunis? Pindah ke masa lalu imajinasi kita melayang jauh kepada sebuah negara tanpa tuhan yang kejam, sebuah negara dengan disiplin kaku tanpa toleransi, pembunuhan demi pembunuhan,  mulut yang terkunci dan rakyat yang menderita.

Malam ini kami masuk kota Budapest, ibarat masuk kafetaria dengan lampu yang redup. Kurang temaram seolah sedang menghemat listrik, cahaya terlihat remang-remang. Ada sih tiang-tiang lampu jalanan,  tetapi bersinar ala kadarnya,  demikian juga lampu rumah dan gedung lainnya. Beberapa gedung terlihat tampil dengan cat yang sudah kusam mengelupas,  dinding ada juga yang dicorat-coret anak muda, jalanan beberapa terlihat ada yang retak. 

Pada umumnya kondisi kota masih bagus, meski sedikit kalah dari negara-negara Eropa lainnya. Kebiadaban komunisme sudah lama berlalu,  tapi apakah sebuah kultur yang tercipta dapat hilang begitu saja? Rasanya tak seperti membalik telapak tangan, sayangnya saya tak dapat menginventaris kultur apa saja yang masih tersisa.  Suasana redup kafetaria tak hanya terindikasi di jalanan,  tetapi juga di dalam kamar hotel saat ini, menulis menjadi kurang nyaman, membuat mata makin cepat memerah.

Sebagai sebuah kota, Budapest dahulunya merupakan gabungan dari dua kota, yaitu kota Obuda atau Buda dan kota Pest. Penamaan untuk dua kota yang digabung sangat mudah,  gabung saja namanya sehingga menjadi Budapest. Saya tak tahu alasan pasti kenapa dalam penamaan itu kata Pest ditarok paling akhir,  kalau ingin menebak mungkin merupakan penghargaan kepada kota Budha yang lahir lebih awal. 

Kota Buda dan kota Pest dipisahkan oleh Sungai Danube, dengan demikian saat ini orang mengenal Budapest sebagai kota yang dipisahkan oleh sebuah sungai. Kota yang terbelah sungai ataupun laut juga ada di negara lain, contoh kota Samarinda yang dibelah oleh Sungai Mahakam. Di Turki terbelah oleh lautan, contohnya kota Istanbul yang dipisah oleh selat Bhosporus.

Pagipun datang, wisata, pedestrian, bangunan klasik, kemegahan arsitektur berpusat di Old Town seperti Fisherman's Bastion yang dulunya pernah dipakai sebagai tempat berjualan ikan oleh para nelayan.  Parliament House,  Royal Palace serta Heroes Square adalah cerita dan pemandangan yang hampir sama berulang untuk setiap negara di Eropa, dan itulah yang kami lihat ketika mengunjungi secara langsung serta sekedar menikmati dari atas cruise menyisir Sungai Danube. Tentu saja menarik,  karena tempat-tempat tersebut membawa kisah-kisah tersendiri. 

Tak banyak yang bisa diceritakan, karena saya cukup lelah. Beberapa hal luput dari perhatian, apa boleh buat. Tapi yang pasti, menyusur sungai di atas cruise dengan segelas coklat panas di meja, adalah teman yang tepat untuk menikmati eksotisme pesona kota. Di kiri mantan kota Pest dan di kanan mantan kota Buda. Hot Coklat,  Capuccino dan Black Coffee, silahkan pilih,  semua berharga 3 Euro satu cup,  alias Rp 50.000 an. Saking nikmatnya,  saya hanya bisa terpana memanjakan mata,  menikmati mantan kota komunis ini yang bergeser menjadi kota bersahaja. Dan akhirnya lupa,  mengelaborasi lebih banyak untuk menjadi sebuah tulisan.

Meninggalkan Old Town dan masuk ke wilayah kota modern. Hungaria sama saja dengan kota-kota lainnya,  ada hard rock, burger king, resto cina, shopping centre dan sebagainya. Tetapi ada satu yang menarik, di sini juga buka resto Turki yang cukup laris. Tampaknya pengaruh Turki tak bisa hilang begitu saja dari negeri ini. 

Kita tahu bahwa pada abad 16, Turki dengan Dinasti Utsmaninya sangat ditakuti di Eropa, dengan menundukan Konstantinopel pada waktu itu. Turki melebarkan sayap,  dalam hal ini terjadi perang antara Dinasti Utsmaniyah dengan Dinasti Habsbrug yang juga menguasai Hungaria. Bagian utama perang terjadi di Hungaria,  dan Dinasti Utsmani sukses menundukan Hungaria sehingga Hungaria menjadi wilayah bawahan yang harus membayar upeti kepada Kesultanan Utsmani.

Masih di wilayah shopping and resto, pada, sebuah toko yang disinggahi pelayannya memakai baju dan rias wajah yang aneh-aneh. Ada yang menghias wajah menyerupai kucing,  hewan lainnya dan ada juga yang merias wajah berdarah cenderung mengerikan. Saya dekati dan bertanya,  menggapa anda merias wajah sedemikian rupa. Dan dia menjawab today is "halloween day".  Dan keterangan ditambah oleh pelayan toko,  halloween berasal dari Amerika.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun