Mohon tunggu...
Androecia Darwis
Androecia Darwis Mohon Tunggu... Penulis - Social Worker

Androecia Darwis adalah seorang pensiunan bankir yang memiliki hobi menulis. Ia sangat tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan hubungan sosial dalam masyarakat dan sering menulis tentang hal tersebut. Selain menulis, Androecia juga memiliki hobi travelling dan mendengarkan musik meskipun tidak pandai bernyanyi. Ia sering mengunjungi berbagai tempat sebagai sumber inspirasi untuk tulisannya. Meskipun telah pensiun dari dunia perbankan, Androecia tetap produktif dalam berkarya dan mengasah kemampuan menulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Masterpiece di Dinding Rumah

9 Mei 2023   21:46 Diperbarui: 9 Mei 2023   22:00 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu akan mengubah segalanya, maka jangan pernah menganggap sepele perjalanan sang waktu. Contoh sederhananya begini, jika dahulu foto yang ditampilkan di FB begitu gagah, maka sang waktu telah mengubahnya menjadi foto penuh kerutan, penuh uban. Ingin memolesnya? Bisa saja sih, bisa seperti wajah semasa masih muda.

Banyak aplikasi edit foto di playstore yang bisa digunakan, meski kita kadang bertanya juga buat apa sih? Bukankah kerutan di wajah atau uban dirambut itu merupakan sebuah kebanggaan, buktinya butuh waktu bertahun-tahun bagi kita sehingga bisa memperoleh kerutan wajah. Bener nggak? Nggak maksa lo, kalau nggak bener juga nggak apa-apa kok.

Waktu juga mengubah "rasa", banyak orang mengatakan sayang kepada anak berbeda dengan sayang kepada cucu, rasanya lebih gimana gitu. Nggak percaya? Tanya aja kepada para sahabat yang sudah menyandang predikat kakek atau nenek. Ayo.. apa jawabnya?

Sembari menunggu jawaban dan disaat tulisan ini akan di ketik, mata Atuk tertuju kepada sebuah lukisan yang ditempel persis di dekat pintu kamar. Secara posisi tempelannya a-simetris dan juga secara komposisi kok ditempel dekat pintu ya? Kenapa ditempel terlalu rendah, kan bisa lebih tinggi, toh kursi banyak tersedia. Tapi, nah khusus yang ini jangan dipikirkan estetikanya, nggak perlu. Ini adalah sesuatu yang istimewa.

Entah sudah berapa lama masterpiece pelukis terkenal ini menempel di dinding rumah, sampai pada suatu saat rumah akan kedatangan rombongan tamu. Sambil berbenah ada yang mengatakan: "Dicopot Atuk?" Dan tentunya Atuk tak butuh waktu lama untuk menjawabnya: "Jangan....!". Hehehe lupa dia, lukisan itu sebuah karya seni yang indah. Jika ada seorang Atuk yang mengatakan bahwa itu bukanlah indahnya sebuah karya seni, maka so pasti ada masalah dengan "rasa" saat interaksi Atuk dimaksud dengan cucunya.

Baiklah, akhirul kalam inilah masterpiece cucu Atuk, dengan bangga dipersembahkan buat pemirsa, selamat menikmati. Semoga hari-hari kita ke depan senantiasa membahagiakan dan selalu dalam lindungan Allah.

Bogor, 9 Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun