Mohon tunggu...
Androecia Darwis
Androecia Darwis Mohon Tunggu... Penulis - Social Worker

Androecia Darwis adalah seorang pensiunan bankir yang memiliki hobi menulis. Ia sangat tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan hubungan sosial dalam masyarakat dan sering menulis tentang hal tersebut. Selain menulis, Androecia juga memiliki hobi travelling dan mendengarkan musik meskipun tidak pandai bernyanyi. Ia sering mengunjungi berbagai tempat sebagai sumber inspirasi untuk tulisannya. Meskipun telah pensiun dari dunia perbankan, Androecia tetap produktif dalam berkarya dan mengasah kemampuan menulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kilas Rindu di Gema Takbir

22 April 2023   06:33 Diperbarui: 22 April 2023   06:37 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Airmata tak memilih tempat dan waktu untuk jatuh, dia mengalir begitu saja, tak perlu izin dari yang empunya. Duduk di lapangan ini, di saat gema takbir berkumandang, di saat shalat ied akan didirikan, bulir-bulir air kembali menetes. Dingin mengalir di pipi.

Tujuh lebaran sudah berlalu, dan selama itu pula sejak engkau dipanggil keharibaan-Nya, dikau tak lagi bersamaku. Dinda, tahukah kau cucu kita sudah masuk sekolah? Kau tengoklah betapa gagahnya dia dalam seragam sekolah. Dulu dikau mencita-citakannya menjadi seorang pilot. Seringkali kali kau ucapkan begitu, dan semoga saja ketika besar nanti cucu kita ini semakin gagah dengan seragam pilotnya.

Daku hanya bisa membayangkan dikau sedang tersenyum di alam sana, ketika kukabarkan bahwa anak kita yang bungsu telah menemukan jodohnya. Seorang gadis yang cantik sayang, seorang gadis yang berkerudung dan juga seorang hafidzah dinda, sebagaimana yang engkau cita-citakan. Sebagaimana yang sering kita doakan bersama, alhamdulillah.

Banyak yang ingin kusampaikan padamu, banyaaaaak. Dinda, dikau memang tak lagi disampingku. Tapi ketahuilah, aku selalu saja mengingatmu. Apalagi di momen-momen sakral ini, diantara gema takbir ini, airmataku kembali menggenang. Aku rindu sayang, aku rindu. Rindu yang sangat sulit untuk daku gambarkan. Saat-saat yang tak pernah terbayangkan, dikau telah pergi mendahului. Allahuakbar .....!

Jika daku mencoba tersenyum sayang, tidak lain dan tidak bukan untuk mengabarkan bahwa ada lagi kabar bahagia buat kita. Si Akang, ananda kita yang kedua sudah diterima bekerja sebagai ASN di Kabupaten. Dikau pasti kian senang setelah kukabarkan ini, daku membayangkan senyummu, senyum yang selalu kurindukan. 

Pada saatnya nanti, si Akang juga akan berjodoh, bukankah dia sudah bekerja? Semoga dia juga mendapatkan jodoh yang saleh, yang akan membawa keturunan kita senantiasa di jalan-Nya. Kita harapkan dan kita doakan, hanya kepada Allah tempat kita mengadu.

Di rumah nanti, daku mungkin tak bisa lagi nikmati lontong opor ayam buatan kegemaranmu, tapi yakinlah senyum hangatmu kan selalu hiasi relung hati. Gema takbir terus saja berkumandang, diantara senyum dan tangis, dengan saputangan basah kuhapus sudah bulir-bulir air dimata. Dinda, di lapangan ini shalat akan segera berlangsung.

Allahuakbar allahuakbar allahuakbar, laillaha ilallahu wallahuakbar. Allahuakbar walillahilhamd.

Bogor 22 April 2023
Pak Datuak Andro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun