Mohon tunggu...
Androecia Darwis
Androecia Darwis Mohon Tunggu... Penulis - Social Worker

Androecia Darwis adalah seorang pensiunan bankir yang memiliki hobi menulis. Ia sangat tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan hubungan sosial dalam masyarakat dan sering menulis tentang hal tersebut. Selain menulis, Androecia juga memiliki hobi travelling dan mendengarkan musik meskipun tidak pandai bernyanyi. Ia sering mengunjungi berbagai tempat sebagai sumber inspirasi untuk tulisannya. Meskipun telah pensiun dari dunia perbankan, Androecia tetap produktif dalam berkarya dan mengasah kemampuan menulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kecamuk di Ujung Gundah

20 April 2023   09:38 Diperbarui: 20 April 2023   09:47 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anak muda itu sesungguhnya berwajah tampan, dan akan lebih ganteng lagi jika tangannya tiada bertato. Wajahnya menunjukan ekspresi datar, sedikit menjurus sedih. Ya, ada ekspresi penyesalan disitu, sembari memandangi tangannya. Dengan berjalannya waktu, tampaknya tato tak lagi menjadi kebanggaannya. "Sulit mendapatkan kerjaan" dia bersuara lirih. Suara itu ibarat kecamuk di ujung gundah, memelas. Ketika suara hati muncul, menyeruak menembus belenggu hitam, ada sesal yang dalam, merobek-robek relung hati. Di saat diri hanya bisa terpana duduk terdiam.

Terus apa yang harus disesali semua sudah terjadi, ukiran tangan dan kebahagiaan semu adalah sebuah ilusi. Daya khayal, imajinasi, mimpi-mimpi masa lalu, masa-masa arogan memamerkan ukiran darah ditangan asli, yang diperoleh dengan penuh rasa sakit itu ternyata dalam kenyataan tetap berujung rasa sakit. Lalu? Apalagi yang harus dibanggakan? Waktu mengubah segalanya, tak hanya pilihan kerjaan yang kian minim, karena jika sudah demikian maka umumnya mendapatkan seorang istri tak segampang mendapatkan seorang pacar, karena pacar bisa datang dan pergi.

Dia sudah berupaya menghilangkan ukiran tubuh itu, tak mudah memang, karena masih saja membekas. Malah di tubuh lesu, tampak kian kumuh, kian berdebu.

Bogor, 20 April 2023
Pak Datuak Andro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun