Secara fisik, Pastor Frans sudah tidak bersama kita, tetapi semangat serta legasinya harus mendarah daging dalam jiwa kita. Bukan sekadar ada, tetapi kita harus mampu mengimplementasikan secara baik. Karena, beliau tidak hanya memberi teladan berupa omongan, melainkan memberi teladan berupa tindakan perilaku, serta framework gerakan aktivitas komunitasnya yang bernama "Al-Ard Center".
Nah, inilah tugas kita, para generasi muda. Bisakah kita belajar bertoleransi dari Frans van der Lugt (Pastor Frans)?
Penulis adalah Patrik Alessandro Hoya, Mahasiswa Semester 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen, Universitas Airlangga Surabaya