Mohon tunggu...
Didik Hendrix
Didik Hendrix Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Cucu jauh Jimmi Hendrix yang peduli rakyat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seni Dugem dan Seni Ibadah pada Tempatnya

16 Desember 2017   01:47 Diperbarui: 16 Desember 2017   01:56 2557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibadah itu di rumah ibadah, makan itu di tempat makan, kakus itu di tempat kakus, sampah itu di tempat sampah.

Tuhan memang Maha Besar, dengan segala firman dan kuasanya. Tuhan menciptakan setiap hal dimuka bumi berpasang-pasangan. Tak hanya dalam hal besar seperti jodoh, tapi sesuatu kecil pula tak pelik dari perhitunganya. Segala yang telah Ia tetapkan adalah sebuah kebesaran tentang keteraturan jagat semesta alam dan seisinya. Langit dengan bumi, Baju dan celana, sepatu di kaki, topi di kepala, kamera dan cahaya, lantai untuk semua benda, gitar dengan senarnya Hamish Daud dengan Raisa, UUD 45 dengan Pancasila, peraturan dengan kebebasanya, haram jaddah, dll.

Percayalah, kebebasan dan peraturan juga hal ikhwal yang telah diatur sedemikian rupa. Ketika peraturan diciptakan, maka bergandenganlah ia dengan kebebasan. Penggandengan ini bisa memicu semakin ditekanya kebebasan atau semakin dilapangkan. Hukum atau peraturan bukanlah hal main-main. 

Hukum adalah buah tangan hasil pembelajaran manusia atas manifesto sang penciptanya yang diamalkan untuk bisa mengatur manusia dalam tangan manusia itu sendiri. Karena pada dasarnya, peraturan adalah hal prasejarah yang bisa manusia pahami hingga saat ini.

Peraturan Indonesia telah mencukupi dan benar-benar memfasilitasi hak hak kebebasan rakyat dalam hal bersuara. Suara apapun itu, hitam, merah, hijau, suar, merdu, lembut, keras, kontras, tajam. Semuanya sama, berhak dan tak ada tekanan progresif dari pemerintah

Ketika peraturan dibuat, bukan berarti akan ada implikasi negatif pada kebebasan. Bahkan, apabila  kita memberikan dukungan kecil pada nalar kita untuk melihat pada bermacam-macam sudut pandang, peraturan itu justru menjunjung kebebasan kita. Peraturan itu sebagai penahan dan sekat pembeda, sehingga kita bisa membedakan mana kebebasan dan mana nafsu hewaniyah.

Sadar tidak sadar, kegiatan yang didasari modus 'kebebasan' bukan berarti nafsu hewani individu berhak mendapatkan ruang untuk diekspresikan. Ingat lagi, kita ini manusia, Yang memiliki tatanan sosial, hubungan antara manusia-dengan-manusia. Jadi sangat penting untuk memperlakukan manusia lain dengan manusiawi.

Tapi, ketika kebebasan bersuara itu menjadi aset berharga kita, janganlah kita bersikut-sikutan merebutkan kesempatan untuk semakin melantangkan suara, sehingga merepresi lain. Menginjak, menyudutkan, mengkambinghitamkan, bukanlah hal yang bijak. Sadarilah, ide dari masing-masing kepala berbeda, tak ada hak untuk saling  mengintervensi dan membungkam suara atau bahkan kaum

Kalau memang memiliki dasar yang kuat, itu berarti baik. Anda bukanlah penyuara abal-abal yang hanya mengandalkan self-logicdan interpretasi sepihak. Apapun itu, dasar buku, media, undang-undang, dalil, kotbah, atau apapun itu apabila fakta, maka pertanggungjawabkanlah dengan baik.

thejak.co
thejak.co
Memiliki pemikiran kontra, sah sah sahaja. HAM sangat menjamin kebebasan pendpapat kita sebebas-bebasnya

Anda membenci suatu pagelaran seni budaya, sah saja. Karena seni sendiri memang suatu abstrak yang tak semua individu dapat menginterpretasikanya ke dalam hal yang indah. Seni itu unik, karena berasal dari ketertarikan tersendiri yang sedemikian rupa dapat dituangkan. Anda tidak salah bila mengantuk dalam pertunjukan musik bossanova,anda tidak salah bila berfikir pemain musik jazz adalah 'freak-head'yang asal memainkan nada. Anda tidak salah bila memandang surealisme adalah kedok semata dari akal yang liar. Anda tidak salah kalau menilai fotografi adalah seni pencet asal-dapat saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun