Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Pseudosains: Mengembangkan Pemikiran Kritis Untuk Menghindari Penyesatan dan Penipuan

10 Mei 2024   07:00 Diperbarui: 10 Mei 2024   07:10 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam era di mana informasi melimpah, penting untuk bisa membedakan antara ilmu pengetahuan yang benar dan pseudosains. Pseudosains seringkali mengklaim hal-hal menarik dan menawarkan solusi instan untuk pertanyaan yang kompleks. Namun, tanpa dasar ilmiah yang kuat, pseudosains bisa menyesatkan dan bahkan membahayakan. Tujuan artikel ini adalah membahas cara untuk memahami pseudosains dan mengembangkan pemikiran yang seimbang agar kita dapat mendapatkan wawasan yang lebih jernih.

Dalam menjelajahi topik ini, kita akan membahas cara mengenali tanda-tanda pseudosains, seperti klaim yang terlalu fantastis atau kurangnya bukti yang dapat dipercaya. Selain itu, kita juga akan membahas pentingnya skeptisisme ilmiah, yaitu sikap kritis terhadap klaim tanpa bukti yang memadai. Dengan mengembangkan pemahaman yang kuat tentang ilmu pengetahuan dan cara kerjanya, kita dapat melindungi diri kita sendiri dan orang lain dari penipuan dan kesalahpahaman yang mungkin timbul akibat pseudosains.

Dengan demikian, artikel ini mengajak pembaca untuk menjelajahi konsep-konsep ini lebih dalam, dengan harapan bahwa pengetahuan yang didapat akan membantu membuka wawasan baru dan memperkuat pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita.

Apa itu Pseudosains?

Etimologi kata “pseudoscience” berasal dari kombinasi kata Yunani “pseudo,” yang berarti palsu atau semu, dan kata Latin “scientia,” yang berarti pengetahuan atau bidang pengetahuan. Istilah ini memiliki konotasi negatif karena menunjukkan bahwa subjek yang diberi label tersebut tidak akurat atau tidak dapat dipercaya sebagai ilmu pengetahuan yang sebenarnya

Pseudosains adalah klaim atau keyakinan yang kelihatan seperti ilmiah, tapi sebenarnya tidak didukung oleh cara ilmiah yang bisa diuji. Ini bisa termasuk teori-teori atau keyakinan yang tidak punya bukti yang kuat atau bahkan tidak bisa diuji sama sekali.

Contohnya, jika seseorang mengatakan bahwa minum air mantra bisa menyembuhkan penyakit tanpa ada bukti ilmiah yang mendukung, itu termasuk pseudosains. Begitu juga jika ada klaim bahwa bumi datar tanpa ada bukti kuat untuk mendukungnya, itu juga merupakan contoh pseudosains.

Hal ini penting untuk diwaspadai karena bisa menyesatkan orang. Orang mungkin percaya pada sesuatu hanya karena terdengar meyakinkan, tanpa memeriksa apakah ada bukti yang mendukung klaim tersebut.

Dengan memahami apa itu pseudosains, kita bisa lebih waspada dan tidak mudah terjebak oleh klaim yang tidak berdasar. Ini akan membantu kita mengambil keputusan yang lebih baik berdasarkan bukti-bukti yang jelas dan menjaga pikiran kita tetap terbuka terhadap pengetahuan yang sejati.

Ciri-Ciri Pseudosains

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun