Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Mengenang Dusun Legetang: Kisah Dusun yang Hilang dalam Semalam di Dataran Tinggi Dieng

19 April 2024   07:00 Diperbarui: 19 April 2024   07:05 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dataran Tinggi Dieng adalah tempat yang mempesona dengan keelokan alamnya. Namun, di balik keindahan itu, tersembunyi kisah tragis Dusun Legetang yang menghilang secara misterius dalam semalam. Tragedi ini bukan hanya menyisakan kesedihan bagi keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih, tetapi juga menjadi pelajaran penting tentang kekuatan alam dan perlunya persiapan menghadapi bencana.

Dusun Legetang yang hilang begitu saja menunjukkan betapa rapuhnya keberadaan manusia di hadapan alam. Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami lingkungan tempat tinggal kita dan siaga terhadap ancaman bencana. Di tengah pesona alam yang memukau, kita tidak boleh melupakan potensi bahaya yang mungkin mengancam.

Melalui pengetahuan akan kejadian tragis ini, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan mempersiapkan diri dengan baik menghadapi bencana alam. Kesadaran akan keberadaan risiko ini penting untuk menjaga keselamatan diri dan keluarga. Dengan demikian, kisah Dusun Legetang yang menyedihkan dapat menjadi cambuk bagi kita semua untuk lebih proaktif dalam menjaga keselamatan dan keamanan di lingkungan tempat tinggal kita.

Kisah Dusun Legetang

Pada tanggal 17 April 1955, Dusun Legetang yang terletak di lereng Gunung Pengamun-amun mengalami nasib tragis. Tanah longsor besar-besaran menimpa dusun tersebut, menyebabkan seluruhnya tertimbun dengan korban 332 jiwa warga dan 19 orang tamu yang ada disana pada saat itu. Peristiwa ini menjadi salah satu bencana tanah longsor terburuk yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia.

-Kronologi Bencana

Hujan deras yang mengguyur kawasan pada malam hari menjadi pemicu utama terjadinya tanah longsor. Suara gemuruh yang terdengar oleh penduduk dusun sekitar menjadi tanda awal dari bencana yang akan datang. Namun, karena kegelapan malam dan ketidakpastian, mereka tidak dapat melakukan tindakan apa pun hingga fajar menyingsing dan membawa kabar duka.

-Reaksi Masyarakat

Ketika matahari terbit, masyarakat sekitar terkejut melihat bahwa Dusun Legetang telah lenyap. Tangisan dan rasa kehilangan menyelimuti hati mereka. Tragedi ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menghapus seluruh jejak eksistensi dusun tersebut.

Kejadian ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya kesiapsiagaan dan pemahaman akan potensi bahaya di sekitar lingkungan tempat tinggal. Peristiwa tragis ini juga menekankan perlunya tindakan tanggap darurat yang cepat dan efektif dalam menghadapi ancaman bencana alam. Dengan mengenang kembali sejarah Dusun Legetang, kita diingatkan akan rapuhnya keberadaan manusia di hadapan kekuatan alam yang tidak terduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun